India dan Vietnam Dianggap Pilihan Terbaik Relokasi Pabrik Teknologi dari China

India dan Vietnam Dianggap Pilihan Terbaik Relokasi Pabrik Teknologi dari China

Chipset. (ilustrasi)

Batam - Perusahaan di seluruh dunia menganggap India dan Vietnam sebagai lokasi alternatif yang menarik untuk mendiversifikasi rantai pasokan mereka dari China tahun ini. Hal itu setidaknya menurut survei global baru yang diterbitkan oleh Container xChange belum lama ini.

Dilaporkan South China Morning Post, Kamis (12/1/2023), platform tersebut mensurvei lebih dari 2.600 profesional industri dari lebih dari 20 negara tentang tren industri pengiriman dan rantai pasokan untuk tahun 2023. Dari hasi survey itu menemukan bahwa 67 persen responden percaya bahwa India dan Vietnam adalah lokasi yang menarik.

Survei tersebut dilakukan di tengah meningkatnya bukti bahwa kedua negara Asia tersebut menjadi semakin populer di kalangan perusahaan yang ingin mengurangi ketergantungan mereka pada China dan menyebarkan risiko rantai pasokan mereka.

Baca juga: Sekawanan Gajah di India Teler Setelah Minum Air Tuak

Sementara itu, surplus perdagangan Vietnam dengan Amerika Serikat mencapai rekor tertinggi pada tahun 2022, berkat ekspor smartphone dan perangkat elektronik lainnya yang kuat, menurut data bea cukai yang dirilis oleh pemerintah Vietnam.

Survei Container xChange juga menemukan bahwa bisnis AS diperkirakan akan merelokasi lebih banyak produksi luar negeri ke sekutu geopolitik, dalam sebuah langkah yang dijuluki "menopang teman".

"Tujuannya adalah untuk mencegah negara-negara, terutama China dan Rusia, menggunakan keunggulan pasar mereka dalam bahan mentah, makanan, dan produk utama," tulis temuan survei tersebut.

Baca juga: Uang Rupiah Bergambar Dewa Ganesha Tiba-tiba Bikin Geger India, Ada Apa?

Raksasa komputer pribadi AS Dell Technologies, misalnya, telah memutuskan untuk berhenti menggunakan semikonduktor buatan China pada tahun depan dan mungkin memindahkan sekitar setengah dari produksinya ke luar negeri pada tahun 2025, menurut laporan media Nikkei Asia dan Taiwan minggu lalu.

Selain penyesuaian rantai pasokan, inflasi dan resesi ekonomi dilihat oleh 88 persen responden survei sebagai faktor penghambat terbesar bisnis mereka tahun ini, diikuti oleh perang, Covid-19 di China, dan pemogokan pekerja.

"Eropa terpukul dengan inflasi tinggi sepanjang masa, China berjuang untuk mengatasi virus, dan AS terus keresahan tenaga kerja. Sebagian besar tantangan ini akan tetap ada di tahun 2023," kata Christian Roeloffs, salah satu pendiri dan CEO Container xChange.
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews