Pakai Nama Mpox untuk Cacar Monyet, WHO: Cegah Stigma Negatif

Pakai Nama Mpox untuk Cacar Monyet, WHO: Cegah Stigma Negatif

Ilustrasi. (Foto: CNN Indonesia)

Jenewa - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan penyakit cacar monyet atau nama Inggrisnya, 'monkeypox' diubah menjadi 'mpox' setelah nama lama dianggap rasis dan distigmatisasi pada kelompok tertentu.

WHO, dalam sebuah pernyataan, mengumumkan bahwa kedua nama penyakit tersebut akan digunakan secara bersamaan selama satu tahun sementara kata 'cacar monyet' dihapuskan.

Lembaga itu meluncurkan proses konsultasi untuk nama baru awal tahun ini dan menerima lebih dari 200 proposal, dengan Amerika Serikat (AS) di antara negara-negara yang mendukung dan menyambut baik perubahan tersebut.

"Kita harus melakukan apa yang diperlukan untuk kepentingan kesehatan masyarakat dan mengurangi stigma terkait penyakit ini merupakan langkah penting dalam mengakhiri ancaman epidemi 'mpox'," kata Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, Xavier Becerra dilansir AFP, Selasa (29/11/2022).

Di antara saran populer adalah 'mpox' atau 'Mpox', yang direkomendasikan oleh organisasi kesehatan pria, RÉZO, yang menurut direkturnya, menghilangkan kata monyet mendorong orang untuk menganggap serius ancaman tersebut.

WHO mengatakan para ahli global menyetujui 'mpox' setelah mempertimbangkan kesesuaian ilmiah, tingkat penggunaan dan kemudahan ejaan sebagai faktor kunci sebelum membuat keputusan.

Mpox awalnya disebut cacar monyet karena virus ini awalnya diidentifikasi pada monyet yang dipelihara untuk penelitian di Denmark pada tahun 1958, tetapi juga ditemukan pada beberapa hewan, paling sering pada tikus.

Penyakit ini pertama kali ditemukan pada manusia pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo, dengan penyebaran manusia sejak saat itu terbatas pada negara-negara Afrika Barat dan Tengah tertentu yang endemik.

Namun, Mei lalu, kasus penyakit yang menyebabkan demam, nyeri otot, dan kulit melepuh besar seperti bisul ini mulai menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, terutama di kalangan pria yang berhubungan seks dengan pria.

Sekitar 81.107 kasus dan 55 kematian dilaporkan ke WHO tahun ini, dari 110 negara.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews