3 Komentar soal Gestur Diviralkan 'Jokowi Ogah Peluk Surya Paloh'

3 Komentar soal Gestur Diviralkan

Jakarta - Video Ketum NasDem Surya Paloh menyalami Presiden Joko Widodo (Jokowi) disertai narasi Jokowi ogah dipeluk Paloh viral di media sosial. Hal ini memicu sejumlah komentar terkait narasi tersebut.

Momen yang viral itu terjadi di HUT Golkar. Saat itu, Paloh sedang menyalami Jokowi. Paloh terlihat menggunakan jas dan Jokowi terlihat menggunakan kemeja batik.

Jokowi berdiri di sebelah Ketum Golkar Airlangga Hartarto. Paloh terlihat menyalami Jokowi dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya terlihat berada di punggung Jokowi.

Baca juga: Kata Asnah soal Kabar Gantikan Amsakar Nakhodai Nasdem Kota Batam

Setelah bersalaman, tangan kanan Paloh terlihat menepuk-nepuk lengan kiri Jokowi. Paloh terlihat tertawa dalam momen tersebut.

Tangan kanan Jokowi juga terlihat menepuk bahu kiri Paloh. Surya Paloh kemudian melanjutkan bersalaman dengan Wapres ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, serta para tokoh lain yang hadir dalam HUT Golkar yang digelar di Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (22/10/2022).

Potongan video itu kemudian viral. Salah satu akun Twitter menyertakan narasi Jokowi ogah dipeluk Paloh. Ada juga kalimat 'Bahasa tubuh Pak Jokowi tidak bisa membohongi perasaannya' yang ditambahkan dalam video.

Baca juga: Target Menangkan NasDem di Pemilu 2024, Rachmat Gobel Sambangi Kepri 16 Oktober

Berikut sejumlah komentar terkait gestur Jokowi diviralkan ogah peluk Paloh:

1. Paloh Buka Suara

Paloh angkat bicara. Paloh mengatakan saat itu dirinya memang tak ingin mengajak Jokowi berpelukan.

"Nggak ada acara pelukan," kata Surya Paloh di NasDem Tower, Menteng, Jakarta Pusat.

Dia mengatakan tak ada yang salah dalam video viral itu. Menurutnya, respons yang diberikan Jokowi sebagai sikap biasa dan tak ada masalah terkait hal itu.

"Ini kan biasa aja, coba lihat ini, apanya yang ada masalah?" ujarnya.

Paloh mengatakan dirinya dan Jokowi terbiasa pelukan jika bertemu dalam kegiatan. Dia menegaskan hubungannya dengan Presiden Jokowi tidak ada masalah.

"Ya bagaimana mau membalas dalam suasana seperti ini, banyak ramai kanan-kiri semuanya. Kalau berdua kan biasa pelukan," ucapnya.

"Pertemuan-pertemuan seperti ini barang kali agak berbeda kalau pertemuan berdua," imbuhnya.

 

2. NasDem: Narasi Lebay

Ketua DPP NasDem Willy Aditya menganggap narasi 'Jokowi ogah dipeluk Paloh' berlebihan.

"Janganlah publik ini dibodohi dengan narasi-narasi lebay semacam dari (akun medsos) Kurawa itu," kata Willy saat dihubungi.

"Politik kan harus rasional. Kalau politik jadi emosional, jadinya kayak yang sudah-sudah. Segala irasionalitas dijadikan senjata demi sebuah kemenangan meraih kekuasaan," sambungnya.

Willy mengatakan narasi 'Jokowi ogah dipeluk Paloh' merupakan kesimpulan yang terlalu gegabah karena hanya mengandalkan potongan video berdurasi 7 detik itu. Namun dia tak mempermasalahkan berbagai tafsiran publik yang mungkin muncul.

"Menurut saya, terlalu gegabah menyimpulkan hal demikian hanya dari sebuah adegan yang hanya sekian detik. Dan tafsirnya tentu bisa macam-macam. Tapi, sejatinya seperti apa, ya hanya Pak Surya dan Pak Jokowi yang lebih tahu," ungkap Willy.

"Tapi namanya tafsir, ya monggo-monggo saja. Namanya sebuah narasi, ia akan selalu diselaraskan dengan subjektivitas, keberpihakan, dan kepentingan si pembuat narasi," tambahnya.

Willy menyebut akun yang menyebarkan potongan video itu memang tak menyukai partainya. Karena itu, dia tak heran akun tersebut memasukkan narasi negatif dalam potongan video tersebut.

"Akun Kurawa kan pada dasarnya memang tidak suka dengan NasDem, terlebih setelah mendeklarasikan Mas Anies sebagai capres. Maka narasinya ya pasti negatif. Dibuatlah seolah Pak Jokowi sudah tidak suka lagi dengan Pak Surya sebagai representasi NasDem. Narasinya pasti menyerang NasDem dan Anies. Itu niscaya adanya," tuturnya.

Dia mengatakan pihaknya tak mempermasalahkan hal itu. Dia menyebut NasDem sudah biasa 'dimusuhi' publik.

"Kami tahu kok bahwa dia itu salah satu akun yang terus menyerang dan menggembosi NasDem. Tidak ada masalah, sudah biasa juga NasDem dijadikan common enemy," ungkap Willy.

3. Stafsus Mensesneg Sindir Komitmen Koalisi

Staf Khusus Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Faldo Maldini buka suara. Ia menyinggung soal komitmen koalisi pendukung pemerintahan Jokowi.

"Kalau tidak komitmen lagi dengan visi Presiden, ya harusnya ukur diri saja," kata Faldo saat dihubungi.

"Datang tampak muka, pergi tampak punggung. Pamit baik-baik," sambungnya.

Faldo menyatakan dirinya berbicara dari sisi kenegaraan. Acara bertemunya Jokowi dengan Surya Paloh ada di acara Golkar, partai pendukung pemerintah.

"Anggota koalisi pemerintahan seharusnya solid untuk ikut menuntaskan persoalan negara sampai pemerintahan ini selesai, termasuk soal keberlanjutan pemerintahan," ungkap dia.

Dia menyebut Jokowi juga sering mengingatkan partai-partai agar tak sembrono mendeklarasikan calon presiden untuk Pilpres 2024.

"Presiden juga berkali-kali mengatakan harus hati-hati mencari kepemimpinan. Tidak perlu buru-buru. Masalah yang akan dihadapi akan berat, krisis ekonomi dan pangan. Jadi perlu duduk bersama dulu, mendudukkan permasalahan yang jadi tugas selanjutnya," katanya.

Faldo juga mengatakan tidak ada permasalahan personal antara Jokowi dan Paloh. Dia mengatakan Jokowi juga menyebut hampir semua tokoh partai saat berpidato dalam acara HUT Golkar ke-58 itu.

"Saya kira tidak ada soal personal, dalam pidato hampir semua nama tokoh disebut Presiden. Tidak ada masalah," ujar Faldo saat ditanya soal video viral itu.
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews