NGO Akar Bhumi Indonesia: Perusak Lingkungan itu Orang Kaya, Bukan Rakyat Miskin

NGO Akar Bhumi Indonesia: Perusak Lingkungan itu Orang Kaya, Bukan Rakyat Miskin

ilustrasi

Batam - Kondisi lingkungan di Kota Batam, Kepulauan Riau memang menjadi sinyal agar seluruh pihak memperhatikan aspek-aspek yang mempengaruhi lingkungan, terutama kadar udara.

Menyikapi hal tersebut, Founder NGO Akar Bhumi Indonesia, Hendrik Hermawan menyebut bahwa Batam sangat rentan akan perubahan iklim karena daya dukungnya rendah. 

"Climate change itu tak hanya dibicarakan di Batam saja, tapi di dunia. Tapi mestinya kita harus menjadi pionir di Indonesia dalam melakukan mitigasi dan adaptasi climate change. Mangrove adalah obat mujarab. Kita punya hutan bakau walaupun tak luas," ujarnya, Rabu (10/8/2022).

Kondisi ini, lanjutnya, punya banyak variabel. Ada pembangunan yang membuka ruang-ruang hijau menjadi ruang bangunan, mengurangi serapan, mengurangi pohon hingga pembukaan hutan.

"Sebagai gambaran, ketika pabrik dan asap kendaraan mencemari udara, sebelum naik itu diserap oleh pohon. Namun yang perlu kita ketahui juga, polutan tertinggi itu sebetulnya bukan pabrik, tapi kotoran hewan yang mengandung metana," kata dia.

Penyebab penyerapan karbon yang berkurang dan mempengaruhi suhu global, itu dikarenakan matahari yang menyinari bumi cahayanya bisa dipantulkan. Tapi ketika ada gas-gas, salah satunya metana menutupi cahaya, itulah sebabnya bumi memanas.

Pihaknya memaklumi dan tak bisa dipungkiri, bahwa pembangunan perlu ruang. Tapi yang bisa dilakukan adalah bagaimana AMDAL itu proses halalisasinya dilakukan dengan benar.

"Ini salah siapa? Tentu salah satunya pemerintah daerah. Paling tidak ini menjadi sinyal untuk kita menjaga alam," kata Hendrik.

Komponen-komponen aktivitas lokal memang sangat mempengaruhi. Dan itu juga diperparah dengan pembangunan, sert tidak siapnya pemerintah untuk memindahkan pohon karena faktor biaya.

"Kami harus melakukan manufer dengan upaya pencegahan. Upaya untuk menindaklanjuti kerusakan lingkungan yang sudah kita laporkan," kata dia.

 

Dalam hal ini, Hendrik mengatakan jika peran pemerintah belum terlihat. Di sisi lain, ada juga oknum-oknum pengusaha yang membandel berperan dalam kerusakan lingkungan.

"Peran pemerintah belum terlihat gregetnya. Namun yang dihadapi Pemko Batam sangat berat karena banyak pengusaha yang bandel," ujarnya.

Dia turut menyorot program sosialisasi yang dilakukan pemerintah dalam hal menjaga kelestarian lingkungan ke sekolah-sekolah. Menurutnya, hal itu lebih baik dilakukan pada golongan masyarakat ke atas.

"Yang perlu dikasi penyuluhan itu bukan anak-anak sekolah, tapi orang kaya. Karena yang banyak merusak lingkungan itu, maaf, bukan orang miskin, tapi orang kaya," pungkas dia.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews