Nestapa Pria Asal Meranti: Diberhentikan dari Honorer Hingga Harus Rawat Bayinya Sendiri 

Nestapa Pria Asal Meranti: Diberhentikan dari Honorer Hingga Harus Rawat Bayinya Sendiri 

Nizam saat menerima bantuan dari beberapa organisasi di Meranti. (Foto: ist)

Meranti, Batamnews. - Beredar kisah seorang pria di Selatpanjang, Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau harus menerima kenyataan pahit. Sang istri tercinta meninggal dunia setelah melahirkan anak pertama mereka. 

Kehidupannya semakin terpuruk. Selain kehilangan istri tercinta untuk selamanya, pria itu pun kehilangan pekerjaannya sebagai pegawai honorer di Unit Layanan Pengadaan, Sekretariat Daerah, Meranti.

Kehilangan istri ditambah dengan kondisi ekonomi yang sulit membuat ia harus berjuang keras mengasuh anaknya. Ia menjadi bapak sekaligus ibu bagi anak semata wayangnya itu.

Kabar tersebut pun tersebar di media sosial. Sontak saja postingan tersebut langsung banjir perhatian, bahkan bantuan mengalir dari beberapa lembaga sosial yang dipercayakan untuk mengumpulkan donasi.

Pengurus organisasi Pemuda Pancasila, Meranti, berkesempatan mengunjungi hunian pria tersebut yang terletak di Jalan Dorak, Gang Haji Don, Kelurahan Selatpanjang Timur.

PP yang diwakili Sugianto dan didampingi pengurus lainnya memberikan bantuan sembako dan sejumlah uang kepada pria tersebut yang diketahui bernama Nizam.

"Kedatangan kami kemarin adalah dalam rangka bersilaturahmi. Selain itu kami juga menyampaikan amanah dari beberapa kawan-kawan untuk berbagi kebaikan. Jangan pernah dinilai dari berapa besarnya bantuan ini, namun pandanglah dari rasa kekeluargaannya," ujar pria yang akrab disapa Mas Tato itu, Sabtu (16/7/2022).

Saat bercerita, Nizam mengungkapkan segala rasa dan isi hatinya. Dia mengaku tidak mengetahui bahwa nasibnya terviralkan dengan luas di media sosial. Namun dibalik itu dirinya merasa sangat bersyukur atas perhatian masyarakat yang diberikan kepadanya.

Nizam positif menjadi pengangguran saat Pemkab Meranti tidak lagi memperpanjang kontrak pegawai honorer per tanggal 31 Desember 2021.

Namun saat dilakukan evaluasi melalui ujian tertulis, ia pun tidak kunjung mendapatkan panggilan kerja. Alasannya, tidak linier dengan latar belakangnya yang memiliki ijazah Sarjana Pendidikan dan tidak sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya. 

Ia pun harus mengalah dan pasrah dengan keadaan, walaupun diketahui Nizam sudah bekerja selama 8 tahun lamanya di sana. Kini dia tidak lagi bisa memberikan nafkah yang notabene ia menjadi tulang punggung satu-satunya bagi keluarganya.

Sementara untuk bergantung dengan saudaranya yang lain, kondisinya hampir sama, mereka terdiri dari keluarga yang kurang mampu.

"Saya sangat kecewa dengan keputusan yang dibuat. 8 tahun bekerja disana harus diberhentikan hanya gara-gara ijazah tidak sesuai dengan pekerjaan," ujar Nizam.

"Selama bekerja, saya menjadi tulang punggung bagi keluarga. Tidak hanya bagi istri saat masih hidup, namun juga bagi adik-adik saya yang masih bersekolah, karena orang tua kami memutuskan untuk berpisah," tambahnya.

Nizam semakin terpukul, tatkala harus berpisah dengan istri tercinta untuk selamanya. Padahal usia pernikahan mereka kala itu baru genap setahun.

Pria itu berusaha tegar saat melihat bayi kecilnya dalam ayunan yang tak tahu apa-apa. Bayi berusia 2 bulan yang bernama Ningsih Nia itu jelas tak mengetahui kalau ibunya sudah tiada dan tak bisa menemaninya hidup di dunia untuk ke depan.

"Istri saya meninggal dunia beberapa bulan lalu saat bulan Ramadhan," katanya dengan nada lirih.

Saat ini, memenuhi kebutuhan hidup dan asupan gizi bagi si buah hatinya, Nizam harus kerja banting tulang. Tak hanya dari satu pekerjaan saja, melainkan juga bidang lainnya.

"Setelah tidak lagi bekerja sebagai honorer saya bekerja serabutan saja, tidak tahu apa yang mau dikerjakan, disini susah mendapatkan pekerjaan, rencana mau bekerja di Malaysia saja," kata dia.

Walaupun untuk makan saja susah, namun ia lebih mementingkan untuk membelikan susu formula sebagai asupan gizi bagi anaknya.

"Kondisi saya sedang sulit, kebutuhan anak juga sering terlambat. Namun itu yang harus saya usahakan terlebih dulu. Untuk makan, kami seadanya saja dan memetik sayur-sayuran di laman rumah," ujar Nizam.

Terkait keinginannya untuk bekerja di negeri Jiran Malaysia, Mas Tato meminta Nizam untuk sejenak mengurung niatnya itu. Selain masih kecil, anaknya butuh kasih sayang orang tua.

"Sebaiknya dipikirkan dulu, kasihan anak yang masih kecil harus ditinggal orang tuanya. Walaupun ada yang jaga, namun kasih sayang orang tua tiada bandingannya. Dia baru saja ditinggalkan ibu, masa ayah juga mau meninggalkan. Kerjakan saja apa yang bisa dikerjakan," ujar Mas Tato.

Nizam menjadi salah satu dampak dari kebijakan Bupati Meranti Muhammad Adil yang memberhentikan tenaga honorer secara massal.

Walhasil, kehidupan masyarakat yang semula bergantung pada pekerjaan di pemerintahan, kini makin terpuruk. Sementara di Meranti minim lapangan pekerjaan. 

Menyoal tenaga honorer yang telah diberhentikan, hingga kini Bupati Adil belum ada solusi konkret atas keberlangsungan hidup masyarakatnya. 

Soal janjinya yang akan membuka lapangan pekerjaan hingga membantu warganya dalam membangun usaha kian tak terwujud. 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews