Putin Ogah Bertemu Erdogan saat di Paris

Putin Ogah Bertemu Erdogan saat di Paris

Presiden Rusia Vladimir Putin. (Foto: Google/Istimewa)

BATAMNEWS.CO.ID, Moskwa - Ketegangan Rusia dengan Turki semakin memanas. Hubungan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki pun kian memburuk.

Bahkan Putin tak bersedia menggelar pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Paris, Senin (30/11).

Hal itu terkait penembakan pesawat tempur Rusia yang masuk ke wilayah udara Turki. Seorang pilot tewas setelah ditembak di darat. Sedangkan satu lagi diselamatkan tentara Koalisi Rusia-Suriah..

Jenazah pilot yang tewas ketika Turki menembak jatuh sebuah pesawat tempur Rusia sudah dikirim pulang.

Turki menolak meminta maaf atas insiden tersebut. Beragam sanksi pun telat dijatuhkan Rusia terhadap Turki.

"Tidak ada rencana pertemuan dengan Erdogan. Tidak ada pembahasan soal pertemuan itu," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

Penembakan pesawat Rusia di perbatasan Turki-Suriah itu telah merusak hubungan dua negara. Turki merupakan anggota NATO pertama yang menembak sebuah pesawat Rusia sejak 1952.

Pemerintah Rusia mulai merinci sanksi ekonomi terhadap Turki, khususnya di sektor pariwisata dan pertanian.

Moskwa mengatakan akan menghentikan impor buah-buahan dan sayuran dari Turki, setelah Putin akhir pekan kemarin juga meneken surat keputusan yang melarang penerbangan carter dan penjualan paket-paket wisata ke Turki, dan menghapus fasilitas bebas visa.

Perdana Menteri Dmitry Medvedev mengatakan Rusia juga akan membatasi kehadiran perusahaan-perusahaan transportasi Turki dan kontrak pembangunan.

Jenazah Pilot
Turki sudah memulangkan jenazah pilot Oleg Peshkov, yang diangkut dengan pesawat Rusia. Dua pilot Sukhoi-24 yang ditembak F-16 Turki meloloskan diri dengan kursi lontar dan parasut dalam insiden 24 November itu.

Peshkov ditembak hingga tewas dari darat, sementara mitranya Konstantin Murakhtin berhasil diselamatkan oleh pasukan khusus Rusia dan Suriah.

Menurut media setempat, Peshkov akan dimakamkan hari Rabu ini setelah jenazahnya tiba di kota kelahirannya Lipetsk, di Rusia tengah.

Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu sekali lagi menegaskan bahwa Ankara tidak akan meminta maaf atas insiden penembakan pesawat itu.

"Perlindungan wilayah udara dan perbatasan kami bukan hanya sebuah hak, tapi juga kewajiban bagi pemerintah saya. Dan seorang perdana menteri atau presiden Turki tidak akan meminta maaf karena menjalankan tugas itu," kata perdana menteri dalam jumpa pers bersama ketua NATO Jens Stoltenberg di Brussels, Belgia.

Namun Davutoglu mengatakan pihaknya bersedia berunding dengan Rusia, yang sudah menerapkan beragam sanksi untuk Turki.

"Jika pihak Rusia ingin bicara, kami siap; jika mereka ingin informasi lebih banyak, kami siap; jika mereka ingin menormalisasi hubungan, kami siap bicara," ujarnya.

 

[snw]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews