Secangkir Teh Bareng Konjen Singapura di Batam, Saatnya Bangkit dari Pandemi

Secangkir Teh Bareng Konjen Singapura di Batam, Saatnya Bangkit dari Pandemi

Konjen Singapura di Batam, Mark Low

Batam, Batamnews - Berbeda dengan Indonesia, Singapura sekarang sudah mencapai titik balik penting dalam melawan pandemi Covid-19. Negara tersebut akan membuat langkah penting menuju hidup bersama wabah itu.

Hal itu dibuktikan dengan beberapa kebijakan terbaru terkait dengan pembebasan pemakaian masker sampai pada aturan traveler.

Baca juga: Singapura Eksekusi Terpidana Mati Kasus Narkotika

Guna meningkatkan kembali gairah pariwisata di sana, pemerintah Singapura akan memudahkan cross border. Dimana ada beberapa aturan yang dulunya harus diterapkan tapi sekarang sudah tidak diwajibkan.

"Untuk travel, dengan situasi Omicron di Singapura yang terkontrol, Singapura akan memudahkan cross border travel secara substantial, surat karantina untuk pengunjung dan testing tidak lagi jadi syarat," ujar Konjen Singapura di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Mark Low yang didampingi Vice Konsul, Amin Abdul Rahiman, saat ngobrol dengan jurnalis di kantornya, Rabu (30/3/2022) sore.

Perbincangan antara para wartawan lokal di Batam bersama pihak Konjen Singapura tampak hangat. Semakin hangat lagi dengan disuguhkan teh dan kopi panas.

Obrolan berlangsung selama sekitar 1 jam. Pembahasan dalam perbincangan itu tak melulu tentang hal-hal serius yang membuat 'tegang'. Di sela-sela obrolan juga ada candaan yang membuat suasana mencair.

Mark Low bersama Amin Abdul Rahiman terlihat antusias dan semangat dalam diskusi itu. Pihaknya juga menyambut baik kedatangan insan pers di Batam sebagai mitra atau bahkan kerabat.

Kembali lagi dalam topik awal. Sebagaimana diketahui, sebelumnya dibuat aturan tes untuk kedatangan. Namun aturan itu tak lagi berlaku pada 1 April mendatang.

"Tapi sekarang 1 April kalau ke Singapura bisa antigen saja, tiba di Singapura tidak antigen lagi. VTL laut juga di cabut. Kita sudah free ART, traveler harus divaksin secara lengkap (vaksin kedua)," kata dia.

Baca juga: BC Kepri Gagalkan Penyelundupan Belasan Ribu Mikol Ilegal Asal Singapura

Mark menambahkan, akses antara Kepri-Singapura juga sudah banyak dibuka. Untuk jalur laut saja, sudah bisa lewat pelabuhan Batam Center, Harbour Bay dan Nongsa. 

"Sebelum berangkat buat test ART, sampai Singapore free. Itu langkah pemerintah Singapore untuk cross travel. Kami ingin membuat Singapore kembali seperti sebelum Covid-19," ujarnya.

Pemerintah Singapura Bebaskan Penggunaan Masker

Saat ini, Negara Singapura sedang menjalankan masa transisi. Dimana mereka ingin hidup bersama Covid-19 dengan menganggap pandemi sebagai endemi.

 

Hal itu tentunya tak mudah. Ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar mencapai tujuan sesuai dengan harapan negara.

"Singapore sekarang dalam proses transisi from pandemic to endemic. Singapore selalu membuat something step by step," ujar Mark.

Soal kebijakan bebas masker, dia mengakui itu merupakan sebuah langkah awal dalam upaya melawan Covid-19.

Meski demikian, sebelum sampai pada tahap itu, Singapura menjadikan vaksinasi sebagai salah satu langkah dalam memutus mata rantai wabah.

"Kenapa Singapura bisa mencapai titik balik penting dalam melawan Covid-19? Salah satu alasannya karena vaksinasi rate di Singapura sudah tinggi. Kalau kita lihat dosis kedua sudah lewat 90 persen, booster sudah lewat 70 persen," katanya.

Tampaknya masyarakat Singapura belum mau atau enggan untuk ikuti aturan bebas masker. Hal itu dilihat dari banyaknya warga Singapura yang masih ikuti protokol kesehatan (prokes) dalam beraktivitas di luar.

Dikutip dari Channel News Asia, jajak pendapat media Singapura tersebut menunjukkan sekitar 24 persen atau 2.500 orang sudah memilih melepas masker di luar ruangan. Sementara sisanya yakni 76 persen atau 7.900 responden tetap memilih menggunakan masker.

Mark menyikapi hal itu dengan santai. Baginya penggunaan masker sudah menjadi kebiasaan bagi setiap negara, termasuk juga Singapura. Artinya, masyarakat harus membiasakan diri kembali untuk tidak menggunakan masker.

"Itu saya pikir sebuah kebiasaan. Dulu 2 tahun lebih sudah pakai masker, sekarang sudah dibebaskan. Jadi itu butuh waktu untuk menjadikannya sebagai kebiasaan baru. Orang butuh waktu untuk menyesuaikannya," ujar Mark. 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews