Proyek Gagal Gustian Riau di Pasar TPID Grand Niaga Mas Batam

Proyek Gagal Gustian Riau di Pasar TPID Grand Niaga Mas Batam

Pasar TPID Grand Niaga Mas Batam jadi proyek gagal yang kini tutup. (Foto: Arjuna/Batamnews)

Batam, Batamnews - Pasar Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Grand Niaga Mas, Kota Batam terlihat tak lagi beroperasi. Pasar yang digadang-gadangkan menjadi acuan harga bagi pasar-pasar lain di Batam itu malah tutup. 

Dari pantauan Batamnews, gedung Pasar TPID masih layak dioperasikan, namun tak lagi terawat. Lantai kotor dan sampah-sampah berserakan.

Baca juga: Pasar TPID 2 Dreamland Resmi Beroperasi, Rudi: Pedagang Jangan Cari Untung

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Batam tempo lalu mengatakan hadirnya pasar itu bukanlah untuk menawarkan harga termurah untuk masyarakat, melainkan sebagai pengendali inflasi di Batam.

Kepala Disperindag Batam, Gustian Riau sebelumnya mengatakan, Pasar TPID akan menjadi acuan terhadap harga pasar yang ada di Kota Batam. 

Karena di pasar itu barang yang akan dijual berasal dari distributor langsung, tanpa melalui agen. "Jadi otomatis lebih murah, karena dari distributor langsung, saat ini ada 15 distributor yang ada disana," katanya.

Gustian juga menyampaikan, bahwa para pedagang di pasar ini tidak dibebankan untuk membayar uang sewa selama 2 tahun, namun setelah itu baru ada kebijakan untuk membayar sewa.

Selain itu untuk biaya operasional seperti listrik, kebersihan, kemanan dan air juga tidak dibebankan kepada para pedagang. "Itu menjadi tanggungjawab para distributor," jelasnya.

Baca juga: Harga Telur di Batam Naik, Gustian: Beli di Pasar TPID Kalau Mau Murah

Namun, hal itu berbalik dari ekspektasi. Pasar TPID Grand Niaga Mas kini terkesan mati. Tak ada aktivitas jual beli. Sebagai informasi, pasar tersebut merupakan Pasar TPID kedua di Indonesia.

Pasar TPID Grand Niaga Mas juga melibatkan Bank Indonesia (BI) maupun Badan Pusat Statistik (BPS), sehingga untuk kegiatan survei menyangkut inflasi, BPS bisa mengambil sampel dari pasar tersebut. 

Dikabarkan Akan Diambil Alih Top 100

 

Pasar TPID Grand Niaga Mas ini dikabarkan akan diambil alih oleh Manejemen Top 100. Pasar tersebut terlihat ditutup setelah lebih kurang 2 tahun beroperasi sejak 2019 lalu. 

Menurut keterangan pedagang sekitar bahwa penutupan dikarenakan pihak TPID tak memperpanjang kontrak sewa gedung.

Baca juga: Pedagang Pasar TPID Dipungut Rp 300 Ribu, Ini Kata Kadisperindag Gustian

Salah seorang pedagang yang pernah berjualan di lapak Pasar TPID Grand Niaga Mas mengaku, pasar itu sudah ditutup sejak awal bulan lalu. "Iya, sudah sekitar seminggu ditutup," katanya, Kamis (7/10/2021).

Ia mendapat informasi bahwa Pasar TPID akan diambil alih oleh pihak pusat perbelanjaan Top 100.

Pasar TPID Grand Niaga Mas Batam jadi proyek gagal yang kini tutup. (Foto: Arjuna/Batamnews)

"Kabarnya TPID tak mau memperpanjang kontrak sewa gedung. Makanya ditutup. Kabarnya juga Top 100 akan ambil alih," ujarnya.

Saat ditanya mengenai proses peralihan pasar, ia tak mengetahui waktu pastinya. Biaya sewa dan apa penyebab tak diperpanjang pun tak diketahui.

Baca juga: Cak Nur Sebut Pemko Batam Tak Konsisten Kelola Pasar TPID

Para pedagang yang sempat mengisi lapak di Pasar TPID pun terpaksa pindah lokasi. Ada yang masih berjualan disekitaran wilayah tersebut dan ada juga yang pindah lapak ke pasar lain di Batam.

"Saya dulu mengisi lapak di situ (Pasar TPID). Tapi karena ditutup terpaksa pindah sewa di belakang sini," katanya. 

Sepi pembeli, Jauh di Luar Harapan

 

Aktivitas di pasar ini sebenarnya terlihat sepi sejak diresmikan. Para pedagang mengaku mengalami kerugian karena sepi pembeli.

Beberapa waktu lalu Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad mengatakan pihaknya akan mencari jalan keluar supaya pasar TPID tidak sepi pembeli.  

Ia menjelaskan, selama ini masyarakat sudah diberitahu bahwa pasar TPID lebih murah, karena barang yang dijual berasal dari distributor langsung.

Baca juga: Pasar TPID Ternyata Sepi Pembeli, Ini Respons Wawako Batam Amsakar

Amsakar mengatakan, jika kendala pasar TPID tersebut adalah soal lokasi, Pemko Batam akan mempertimbangkan menambah pasar yang lain. "Kalau memang masalahnya soal letak pasar, kita akan dilihat dulu," katanya.

Pasar TPID Batam ini merupakan yang kedua di Indonesia, setelah Yogyakarta. 

Pasar TPID Batam dulunya diharapkan lebih lengkap. Karena menggandeng seluruh distributor bahan pokok (bapok) yang ada di Batam.

Komoditas bapok di pasar ini akan dijual dengan harga lebih murah dari pasar lain karena langsung dari tangan distributor. Sehingga memotong rantai distribusi yang menyebabkan kenaikan harga.

Pasar TPID Grand Niaga Mas Batam jadi proyek gagal yang kini tutup. (Foto: Arjuna/Batamnews)

Pasar TIPD dikembangkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam. 

Kepala Dinas Disperindag Kota Batam, Gustian Riau pernah menjamin harga di pasar ini bisa dijangkau oleh kalangan masyarakat bawah. 

"Masyarakat level bawah terjangkau sesuai dengan kemampuan," imbuhnya kepada Batamnews beberapa waktu lalu.

Penjualan di Pasar TPID ini dibatasi jumlahnya, tak boleh terlalu banyak. Guna menghindari pembelian untuk dijual kembali. Karena target dari pasar ini adalah masyarakat menengah ke bawah. Supaya bisa mendapatkan bapok dengan harga terjangkau. Sehingga bisa menekan angka inflasi di Kota Batam.

“Skala prioritasnya adalah masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Karena pengaruh besar inflasi di situ. Pihak distributor sudah tahu siapa yang akan mereka terima untuk membeli di sana. Tak boleh beli banyak. Pembeliannya yang wajar saja, untuk kebutuhan rumah tangga, supaya merata,” kata Gustian.

Harga jual bapok di Pasar TPID dipampang di videotron. Layar digital berukuran besar diletakkan di satu sisi pasar sehingga bisa terpantau baik oleh penjual maupun pembeli. Sebagai patokan dalam proses jual beli di pasar tersebut.

Baca juga: Disperindag Targetkan Pasar TPID Grand Niaga Mas Besertifikat SNI

“Boleh lebih rendah tapi tak boleh di atas itu harganya. Kenapa kita buat pakai videotron, supaya terlihat, kalau TV kecil tak terlihat. Kalau pakai tulis tangan nanti bisa ada yang ubah-ubah angkanya,” ujarnya.

Fasilitas videotron ini, menurut Gustian, tidak akan mempengaruhi harga jual bapok di pasar tersebut. Karena biaya operasionalnya bisa ditutupi dengan iklan.

“Dalam pengelolaan pasar TPID ini pemerintah tidak mengeluarkan anggaran. Semua petugas di pasar dibayar oleh distributor. Pemerintah hanya menyiapkan tempat. Mereka bisa menggunakan lapak ini secara gratis, tidak bayar selama dua tahun. Ini juga sumbangan pihak pasar yakni Grand Niaga Mas,” ungkapnya.

Namun tampaknya rencana tersebut gagal melihat kondisi pasar TPID saat ini. 

Selain di Grand Niaga Mas, Pemko Batam malah meresmikan lagi Pasar TPID 2 di di Kompleks Dreamland, Tanjungriau, Sekupang, Batam pada 23 Januari 2021 lalu. 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews