Ternyata Gegara Ini Giant 'Menyerah', 7.000 Pegawai Bakal PHK

Ternyata Gegara Ini Giant

Swalayan Giant

Jakarta, Batamnews - Perubahan kebiasaan belanja di masyarakat (dinamika pasar) dinilai menjadi salah satu alasan tutupnya gerai ritel di Tanah Air. Perubahan dimamika pasar itu membuat tren belanja bulanan ke supermarket menurun. Saat ini masyarakat punya kecenderungan mencari kebutuhan pokok di tempat yang lebih mudah diakses, di sekitar rumah, ditambah lagi menjamurnya minimarket.

Hal ini menjadi salah satu alasan Giant supermarket yang berada di bawah naungan PT Hero Supermarket Tbk (HERO) bakal menutup seluruh operasinya mulai Juli 2021.

Baca juga: Merugi Jadi Alasan Giant Express Tutup Operasi di Batam

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur HERO Hardianus Wahyu Trikusumo mengatakan keputusan menutup operasi Giant sebagai respons cepat serta tepat dari perusahaan yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap perubahan dinamika pasar.

Apalagi saat ini konsumen Indonesia dari format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir, sebuah fenomena yang juga terjadi di pasar global. Kondisi tersebut bisa jadi sebuah indikasi bahwa masyarakat mulai meninggalkan pasar dengan format besar seperti supermarket keefektifan dalam berbelanja menjadi salah satu alasannya.

Patrik Lindvall Presiden Direktur HERO, dalam penjelasan 30 April lalu menegaskan kinerja keuangan bisnis ritel groseri HERO terus terkena dampak secara signifikan oleh pandemi.

Pembatasan sosial yang ketat, larangan perjalanan domestik dan khususnya, penutupan atau pemberlakuan pembatasan-pembatasan yang ketat di pusat perbelanjaan/mal telah mengubah pola belanja pelanggan secara substansial dan mengurangi jumlah kunjungan pelanggan ke lokasi-lokasi ini.

"Akibatnya, hal ini secara material mempengaruhi kinerja hypermarket sebagai destinasi belanja dalam format besar yang merupakan penyewa utama di pusat perbelanjaan/mal dan merupakan tempat mayoritas dimana area toko-toko Giant berada," katanya.

Baca juga: 26 Gerai Giant Supermarket Tutup, Hero PHK 532 Pegawai

Dalam kesempatan berbeda, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah juga mengungkapkan alasan di balik tutupnya ritel-ritel termasuk Giant.

"Selama masa Covid-19 memang customer nggak ingin lama-lama berbelanja, big format di masa Covid-19 menurunnya sangat-sangat drastis," kata Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah diberitakan CNBC Indonesia, Minggu (30/5/21).

"Tapi small format, simpel, cari, beli bayar itu sudah lebih berkembang, saya rasa ke depan memang akan jadi semacam tren bahwa orang maunya yang simpel-simpel saja, nggak mau gede-gede atau yang gampang parkirnya, nggak usah banyak ketemu orang sentuh-sentuhan dan sebagainya," kata Budihardjo.

Dalam kasus Giant, tanda-tanda ritel ini sudah goyang bahkan sudah terjadi sebelum pandemi Covid-19.

Pada Juli 2019, Giant menutup 6 gerainya dengan alasan efek perubahan gaya berbelanja masyarakat. Hero sempat menutup Giant Margo, City Depok, Jawa Barat serta Giant Kalibata, Jakarta Selatan.

Hingga Maret 2021, gerai Giant hanya tersisa 75 gerai, untuk Giant Ekstra maupun Giant Ekspres. Sepanjang 2019 hingga Maret 2021 ada 25 gerai Giant yang ditutup.

Meski demikian, Budihardjo mengatakan kategori ritel besar tetap memiliki segmen pasar tersendiri. Oleh karena itu, harapan untuk hypermarket berkembang tetap ada. Namun, hypermarket jangan hanya menunggu bola atau berdiam diri.

"Akan tetap bertahan, dalam konteks harus berinovasi. Misalkan memang kalau sudah nggak Covid-19, dia harus jadi semacam destinasi, karena dia gede dan lengkap. Tetap akan ada orang yang nggak pengen ke ritel kecil-kecil atau nggak lengkap, tetap pengen ke ritel gede yang lengkap. Jadi tetap ada segmen tertentu yang bisa diraih," katanya.

Baca juga: Giant Batam Tutup, Manajemen: Kami Tidak Bangkrut

Penawaran fasilitas itu menjadi daya tarik utama bagi ritel modern dengan big format. Ketika pengunjung bisa mendapatkan banyak hal di tempat tersebut, maka hypermarket tetap bisa menjadi pilihan.

"Di dalamnya ada makanan, kopi, teh, campur-campur. Jadi belanja sambil minum dan makan," jelas Budihardjo.

Dengan modal memberikan pengalaman, maka hypermarket bisa bertahan. Karena itu, strategi perang harga seperti yang ada selama ini tidak lagi menjadi pilihan utama ke depan.

"Bukan perang harga, tapi pelayanan. Consumer to consumer cari yang nyaman. Jadi tetap ada market masing-masing," ujar Budihardjo.

 

Data Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek Indonesia) yang menjadi induk Serikat Pekerja Hero Supermarket menyebut bahwa mulanya Giant memiliki karyawan sekitar 15.000 orang.

Namun, karena mengalami kerugian, maka sejak dua tahun lalu perusahaan mulai mengurangi karyawan, baik karyawan tetap maupun kontrak.

Bagi karyawan tetap, manajemen diantaranya menawarkan pensiun dini. Sekitar setengahnya sudah keluar. Kini, perusahaan bakal melepas sisanya, yakni mencapai 7.000 karyawan.

"Dua hari lalu saya mendapat informasi dari Serikat Pekerja Hero Supermarket yang memang anggota saya di Aspek Indonesia, sisanya sebanyak 7.000 orang, seluruhnya di-PHK (Pemutusan Hubungan Tersisa), nggak ada yang tersisa," kata Presiden Aspek Indonesia Mirah Sumirat dalam konferensi pers virtual, Jumat (28/5/2021).

Bagi perusahaan, maka ini menjadi momen tepat untuk mempekerjakan karyawan baru dengan pekerja lebih muda serta upah lebih murah. Namun, PHK sebesar itu tentu bakal menimbulkan angka pengangguran baru. Pengangguran terbuka yang kini sudah ada bakal menjadi besar.

"Memang kemudian ada negosiasi dengan serikat pekerjanya akan ditempatkan di Hero dan IKEA tapi itu hanya 5 gerai. Jadi sebenarnya tidak mengangkat juga, berapa orang sih dari 7.000 itu yang kemudian disalurkan ke bisnis-bisnis lain di Giant ya artinya tidak signifikan," katanya.

Menurut pengakuan buruh, mulanya manajemen menawarkan besaran PHK sesuai UU Omnibus Law. Artinya, nilai yang bakal diterima buruh nantinya bakal lebih kecil dari aturan sebelumnya lewat UU Nomor 13 tahun 2003 soal Ketenagakerjaan. Namun, SP Supermarket menolak.

"Argumentasi mereka rugi di Rp 1 triliun sejak berinvestasi 1-2 tahun lalu, apalagi ditambah Covid-19. Hari ini masih terus berunding, Ketua Umum dan beberapa kawan-kawan pengurusnya itu dipanggil mendadak oleh jajaran manajemen Hero Supermarket," kata Mirah.

Diky Risbianto, Head of Corporate and Consumer Affairs HERO menjelaskan, perseroan juga saat ini masih mempertimbangkan jumlah gerai yang akan dikonversi menjadi gerai IKEA atau Hero Supermarket.

"Dengan berat hati, kami menyampaikan, seluruh karyawan gerai Giant akan terdampak oleh keputusan ini. Kami masih mempertimbangkan jumlah gerai yang akan dikonversi menjadi gerai IKEA atau Hero Supermarket," kata Dicky, Rabu (26/5/2021).

Dicky melanjutkan, manajemen saat ini masih bernegosiasi dengan pihak ketiga mengenai potensi pengalihan kepemilikan sejumlah gerai Giant.

"Anggota karyawan yang terdampak dapat melamar pekerjaan di lini bisnis kami yang lain. Kami juga berharap dapat menyediakan peluang baru seiring dengan pengembangan bisnis kami lainnya yang memiliki potensi pertumbuhan positif yaitu Guardian, IKEA, dan Hero Supermarket," bebernya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews