Giant Batam Tutup, Manajemen: Kami Tidak Bangkrut

Giant Batam Tutup, Manajemen: Kami Tidak Bangkrut

Logo Supermarket Giant

Batam - Manajemen Hero Supermarket membantah jika tutupnya Supermarket Giant Express di Mega Legenda Batam akibat bangkrut.

GM Corporate Affairs, PT Hero Supermarket Tbk, Tony Mampuk mengatakan berdasarkan laporan keuangan kuartal ketiga tahun 2018, pihaknya membukukan laba bersih sebesar Rp 86 miliar.

"Giant adalah salah satu unit bisnis dari PT Hero Supermarket Tbk dan dapat kami pastikan bahwa perusahaan tidak mengalami kebangkrutan," tulisnya dalam rilis kepada batamnews.co.id, Sabtu (24/11/2018).

Berdasarkan data hingga 30 September 2018 PT Hero Supermarket Tbk mengoperasikan 448 toko yang terdiri dari 59 Giant Ekstra, 96 Giant Ekspres, 31 Hero Supermarket, 3 Giant Mart, 258 Guardian, dan satu toko IKEA.

"Penutupan Giant Ekspres Mega Legenda Batam, merupakan bagian dari strategi kami untuk terus meningkatkan kinerja perusahaan sebagai jaringan ritel modern terkemuka di Indonesia," ungkapnya.

Seperti diketahui, Giant dipastikan berhenti operasi pada hari ini Minggu (25/11/2018).

Sebelum tutup, swalayan ini menggelar diskon besar-besaran. Ratusan pengunjung memadati supermarket tersebut.

Mereka seolah tak ingin melewatkan kesempatan untuk berbelanja di hari-hari terakhir Giant Express beroperasi. Terlihat, banyak deretan rak dagangan yang sudah kosong karena diserbu pembeli.

Seluruh produk yang dijual mendapatkan diskon 50 persen. Baik itu makanan, kosmetik dan peralatan rumah tangga.

Namun hal berbeda diungkapkan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota (DPM-PTSP) Kota Batam, Gustian Riau.

Ia mengatakan, hampir seluruh Supermaket Giant di Kota Batam ini mengalami kerugian dan tutup.  Hal ini disebabkan karena kurangnya minat masyarakat belanja di sana.

“Terutama mungkin dari segi struktur lokasi, mereka berjauhan,” kata Gustian kepada batamnews.co.id, Jumat (23/11/2018) lalu.

Kemudian, kondisi ekonomi Batam yang masih belum stabil. Gustian menjelaskan pada tahun 2017 mereka mengalami penurunan pendapatan, bahkan gaji karyawan mereka tidak bisa dibayar.

Namun pada tahun 2018 ada kenaikan sedikit, tetapi tidak banyak sehingga berpengaruh ke produktivitas. “Jadi untuk menyewa tempat, gaji karyawan dan biaya operasional mereka tidak bisa terpenuhi,” kata Gustian.

Namun Gustian menyangkal bahwa itu disebabkan karena adanya persaingan dagang dengan yang lain. “Di Jakarta hidup, di Bali, di Jogja hidup, semuanya hidup. Untuk Sumatera kayaknya cuma di Batam saja yang tutup,” ucapnya.

(ude)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews