India dan Tiongkok Kurangi Permintaan, Harga Produk Sawit Terus Merosot

India dan Tiongkok Kurangi Permintaan, Harga Produk Sawit Terus Merosot

Petani sawit. (foto: ist/antarafoto)

BATAMNEWS.CO.ID, Jambi - Harga produk kelapa sawit merosot. Bahkan di Provinsi Lampung, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menyentuh angka Rp 450 per kilogram.

Harga Minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Jambi periode 16-22 Oktober 2015 turun sebesar Rp 384 per kilogram (kg). Adapun harga CPO saat ini yakni Rp 6.062 per kg dari Rp 6.446 per kg.

"Turunnya harga CPO pada periode kali ini juga diikuti dengan inti sawit dan tandan buah segar kelapa sawit," kata Pejabat Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Putri Rainun di Jambi, Sabtu (17/10/2015).

Untuk harga tandan buah segar kelapa sawit usia tanam tiga tahun ke atas, pada sepekan ini mengalami penurunan Rp 75 per kg dari Rp 1.161 per kg menjadi Rp 1.036 per kg. Sementara itu, untuk harga inti sawit turun sebesar Rp 254 per kg dari Rp 4.342 menjadi Rp 4,088 per kg, dengan Indeks K yang dipakai adalah 85,77 persen.

Sementara, petani kelapa sawit  di wilayah Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan mengaku merugi karena harga tandan buah segar (TBS) merosot yang mengakibatkan kondisi ekonomi mereka semakin terpuruk.

Salah seorang pekebun sawit, Boyani, di Mesuji, menyebutkan bahwa pada Agustus lalu harga TBS sawit sudah cukup rendah yaitu Rp 1.200 per kilogram, kemudian turun lagi menjadi Rp 800  per kg. Saat ini, harga TBS itu kembali turun menjadi Rp 450 per kg.

"Harga buah sawit saat ini kami rasakan sebagai beban yang berat, lantaran dengan harga rendah seperti itu kami dapat dikatakan tidak mendapat untung lagi. Jika dikaitkan dengan upah angkut, beli pupuk, dan upah petik, kami pasti merugi," ujar Boyani, awal Oktober 2015 lalu.

Menurut dia, harga sawit saat ini hampir mendekati ketika terjadi krisis moneter beberapa tahun silam. Saat itu harga TBS sawit hanya Rp 250 per kg. Bedanya adalah saat itu harga bahan kebutuhan pokok belum tinggi seperti sekarang ini.

"Maka timbul rasa khawatir kami, jika harga turun lebih rendah lagi, maka mungkin kelapa sawit milik kami itu tidak dipetik lagi lantaran rugi jika diperhitungkan semua pengeluaran hingga TBS sawit itu siap dijual," ujarnya.

Perdagangan crude palm oil (CPO) di bursa komoditas baik Indonesia maupun Malaysia sepanjang pekan ini mengalami perlambatan. Kondisi ini berdampak terhadap melemahnya nilai jual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, sebagai bahan baku CPO.

"Perlambatan perdagangan CPO itu sendiri dipengaruhi oleh turunnya permintaan negara importir utama CPO dunia. Seperti Tiongkok dan India. Seperti di bursa Malaysia perlambatan terpantau disebabkan pengaruh kenaikan nilai tukar ringgit," kata Sekretaris Tim Penetapan Harga TBS Provinsi Riau, Kamis (15/10/2015).

(ind/bbs)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews