Masjid Al-Aqsa di Tengah Pusaran Konflik Arab-Israel
Yerusalem, Batamnews - Penyerangan pasukan keamanan Israel terhadap warga Palestina di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem baru-baru ini merefleksikan bagian siginifikan salah satu tempat yang paling diperebutkan di Tanah Suci itu.
Masjid Al-Aqsa adalah salah satu bangunan paling suci dalam kepercayaan Islam.
Baca juga: Kembali Diserang, Begini Kondisi di Dalam Masjidil Aqsa Dihujani Tembakan
Masjid ini terletak di dalam situs seluas 35 hektar yang dikenal oleh Muslim sebagai Haram al-Sharif, atau Tempat Suci, dan oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount. Situs ini adalah bagian dari Kota Tua Yerusalem, suci bagi umat Kristen, Yahudi, dan Muslim.
Dalam bahasa Arab, "aqsa" memiliki arti “yang terjauh”, dan dalam hal ini mengacu pada Alquran dan kisahnya tentang Nabi Muhammad yang bepergian dari Makkah ke Al-Aqsa hanya dalam satu malam untuk salat dan kemudian naik ke surge atau dikenal sebagai peristiwa Isra’ Mi’raj.
Masjid ini dapat menampung 5.000 jemaah, diyakini selesai dibangun pada awal abad kedelapan dan menghadap ke Kubah Batu atau Dome of the Rock, tempat suci Islam berkubah emas yang merupakan simbol Yerusalem yang diakui secara luas. Muslim menganggap seluruh kompleks itu suci, dengan kerumunan jemaah memenuhi halamannya untuk berdoa pada hari libur.
Bagi orang Yahudi, Temple Mount, yang dalam bahasa Ibrani dikenal sebagai Har Habayit, adalah tempat paling suci karena merupakan situs dari dua kuil kuno - yang pertama dibangun oleh Raja Sulaiman, menurut Alkitab, dan kemudian dihancurkan oleh orang Babilonia; dan yang kedua berdiri selama hampir 600 tahun sebelum Kekaisaran Romawi menghancurkannya pada abad pertama.
Baca juga: Masjid Al-Aqsa di Palestina Tiadakan Salat Tarawih Ramadan
UNESCO mengklasifikasikan Kota Tua Yerusalem dan temboknya sebagai Situs Warisan Dunia, yang berarti "kota ini memiliki kepentingan internasional yang luar biasa dan karenanya layak mendapatkan perlindungan khusus".
Israel merebut Yerusalem Timur, termasuk Kota Tua, dari Yordania selama Perang Arab-Israel tahun 1967, kemudian mencaplok daerah tersebut. Israel kemudian menyatakan Yerusalem bersatu sebagai ibu kotanya, meskipun langkah itu tidak pernah diakui secara internasional.
Dikutip dari New York Times, beberapa pekan sebelum serangan Israel di Masjid Al-Aqsa, ketegangan meningkat antara beberapa orang Yahudi dan Palestina terkait sejumlah masalah yang tidak terkait dengan kompleks masjid.
Salah satunya bentrokan kekerasan antara Israel dan Palestina yang meletus beberapa pekan lalu di sekitar Kota Tua. Polisi juga melarang warga Palestina berkumpul di alun-alun favorit di Kota Tua selama pekan pertama bulan suci Ramadan.
Baca juga: Masjid Al Aqsa Ditutup Sementara Cegah Persebaran Virus Corona
Ketegangan juga muncul terkait rencana pengusiran paksa warga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur, yang akan dijadikan lokasi pembangunan permukiman warga Israel.
Bagaimana bentrokan sebelumnya membentuk konflik Israel-Palestina?
Beberapa konfrontasi atau bentrokan secara khusus menonjol karena membantu membentuk kebijakan Israel.
Pada tahun 1990, misalnya, kerusuhan mematikan meledak setelah sekelompok ekstremis Yahudi berusaha meletakkan batu penjuru untuk sebuah kuil untuk menggantikan keduanya yang hancur pada zaman kuno. Kekerasan tersebut menyebabkan kecaman luas terhadap Israel, termasuk oleh Amerika Serikat.
Pada tahun 2000, kunjungan ke situs tersebut untuk menegaskan klaim Yahudi di sana, dipimpin oleh politisi sayap kanan Israel Ariel Sharon - yang saat itu menjadi pemimpin oposisi Israel - adalah katalisator untuk ledakan kekerasan Israel-Palestina yang menyebabkan pemberontakan Palestina yang dikenal sebagai Intifada kedua.
Baca juga: Masjid Al Aqsa Ditutup Sementara Gegara Corona
Pada 2017, krisis meletus setelah tiga warga Arab-Israel di kompleks tersebut menembak dan menewaskan dua petugas polisi Druze Israel. Itu membuat otoritas Israel membatasi akses ke situs tersebut dan memasang detektor logam dan kamera.
Arab pun memprotes penerapan langkah keamanan tersebut, yang kemudian memicu lebih banyak kekerasan dan ketegangan dengan Yordania yang kemudian ditengahi Amerika. Detektor logam pun dicabut.
Komentar Via Facebook :