Rakyat Myanmar Lawan Kekerasan Militer dengan Kibaran Sarung

Rakyat Myanmar Lawan Kekerasan Militer dengan Kibaran Sarung

Jemuran sarung berkibar di jalanan kota Mandalay, Myanmar sebagai simbol perlawanan kepada militer. (Foto: AFP via The Star)

Yangon - Peringatan Hari Perempuan Internasional tetap berlangsung di Myanmar. Momen ini juga digunakan sebagai kesempatan untuk menyuarakan perlawanan terhadap junta militer.

The Star melaporkan, pengunjuk rasa di Kota Mandalay dan Monywa mengibarkan bendera yang dibuat dari htamain (sarung wanita) di beberapa tempat atau menggantungnya di garis di seberang jalan.

Dalam kepercayaan warga setempat, berjalan di bawah sarung wanita secara tradisional dianggap membawa sial bagi pria, khususnya para polisi dan tentara.

Media pemerintah mengatakan pasukan keamanan menjaga kehadiran di rumah sakit dan universitas sebagai bagian dari upaya untuk menegakkan hukum.

Setidaknya sembilan serikat pekerja yang mencakup sektor-sektor termasuk konstruksi, pertanian dan manufaktur telah meminta "semua orang Myanmar" untuk mogok kerja.

Bagi mereka, membiarkan bisnis dan kegiatan ekonomi terus berlanjut akan membantu militer "karena mereka menekan energi rakyat Myanmar".

"Sekaranglah waktu untuk mengambil tindakan untuk mempertahankan demokrasi kita," kata serikat pekerja dalam sebuah pernyataan.

Hanya beberapa kedai kecil yang buka di Yangon, kata saksi mata. Pusat perbelanjaan utama ditutup dan tidak ada pekerjaan di pabrik.

Pemimpin protes Maung Saungkha di Facebook mendesak perempuan untuk menentang kudeta dengan keras. Sementara Nay Chi, salah satu penyelenggara gerakan sarung, menggambarkan perempuan sebagai "revolusioner".

"Rakyat kami tidak bersenjata tetapi bijaksana. Mereka mencoba memerintah dengan ketakutan, tetapi kami akan melawan ketakutan itu," katanya kepada Reuters.

Polisi dan militer telah menewaskan lebih dari 50 orang untuk memadamkan demonstrasi dan pemogokan harian sejak kudeta, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sementara, 1.800 orang ditahan di bawah junta militer, menurut pernyataan kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, militer mengatakan telah menangkap 41 orang pada hari sebelumnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews