Peneliti Indonesia Bikin Layar Ponsel Antiretak dari Limbah Kelapa Sawit

Peneliti Indonesia Bikin Layar Ponsel Antiretak dari Limbah Kelapa Sawit

Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Jakarta - Peneliti muda dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amanda Septevani, tengah mengembangkan layar ponsel antiretak dari limbah biomassa.

Layar ponsel yang dikembangkan dengan teknologi nanoselulosa (transformasi kandungan pada tumbuhan setelah melalui proses teknologi nano) tersebut memiliki banyak keunggulan dibandingkan layar alat elektronik konvensional.

"Penelitian ini sebenarnya terinspirasi dari kegiatan yang biasa saya lakukan saat saya studi S3 di Australia. Saya juga mengembangkan material serupa, yaitu nanoselulosa yang berasal dari rumput-rumput liar yang ada di Australia," ujar ahli kimia lulusan Australian Institute for Bioengineering and Nanotechnology itu.

Ketia Amanda kembali ke Indonesia, ia menilai gagasan itu kurang relevan dan kemudian memutuskan untuk memikirkan aplikasi berbeda.

"Ketika saya pulang tentunya itu tidak relevan. Oleh karena itu, saya berusaha memikirkan aplikasi lain," ungkap Amanda sebagaimana dilansir Liputan6.com dari Deutsche Welle, Selasa (29/12/2020).

Layar alat elektronik yang diciptakan oleh Amanda memiliki substrat dari biomassa yang diperoleh dari limbah pertanian dan perkebunan.

Sumber limbah yang ia gunakan sebagai bahan substrat adalah tandan kosong kelapa sawit. Meski demikian limbah pertanian lainnya seperti tongkol jagung dan serat kenaf juga punya potensi.

"Saat ini layar elektronik itu pada dasarnya didominasi dari substrat yang berasal dari gelas. Substrat yang berasal dari gelas ini tentunya akan mudah sekali retak. Penelitian yang kita kembangkan berasal dari nanoselulosa yang kemudian jadi lapisan tipis," Amanda menjelaskan.

Setelah itu, ia melakukan teknik ultrafiltrasi dan hotpress. Lalu dikeringkan jadi lapisan tipis yang sifatnya jadi lebih fleksibel.

"Karena sifatnya lebih fleksible, tentunya harapannya ketika nanti bisa diaplikasikan ke layar elektronik (salah satunya layar ponsel), dia akan bisa menjawab tantangan dari masalah (layar) yang mudah pecah tadi," ucap Amanda melanjutkan.

Selain unggul pada aspek daya tahan, layar elektronik besutan Amanda juga memiliki proses yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

"Meskipun saat ini juga banyak penelitian yang berusaha mencari substrat lainnya, tapi mereka masih didominasi dari substrat polimer yang berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Kami berusaha mengkaji juga bagaimana caranya supaya dapat sumber lain yang dapat diperbaharui, yaitu dari limbah-limbah yang ada di Indonesia," tuturnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews