Waspada Perang Dunia 3, Trump Kirim Bomber Nuklir ke Iran

Waspada Perang Dunia 3, Trump Kirim Bomber Nuklir ke Iran

Pesawat Nimitz Carrier Strike Force dan B-52 Bomber di Laut Cina Selatan. (U.S. Navy photo by Lt. Cmdr. Joseph Stephens)

Jakarta - Meski masa jabatannya kurang dari 60 hari lagi, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump belum selesai dengan Iran.

Presiden yang dikenal sangat keras ke Teheran ini baru-baru ini mengirimkan jet bomber nuklir B-52 ke Timur Tengah sebagai peringatan ke Negeri Seribu Mullah itu.

Seperti dituliskan di media Inggris Express.co.uk, Komando Pusat AS mengkonfirmasi bahwa bomber itu.

Ini menandai ketiga kalinya dalam 18 bulan di mana pembom B-52 telah dikerahkan untuk melenturkan kekuatan militer mereka di Iran.

Letnan Jenderal Greg Guillot, komandan Angkatan Udara ke-9 militer AS, mengatakan ini dilakukan untuk menghalangi agresi dan meyakinkan mitra dan sekutu AS.

"Untuk mencegah potensi agresi," katanya dikutip Rabu (24/11/2020).

Ia mengatakan bomber dikirim untuk mendapatkan data wilayah udara serta fungsi komando dan kontrol di kawasan itu.

Dalam masa pemerintahan Trump, hubungan Washington dan Teheran makin memburuk. Pekan lalu, risiko perang dunia bahkan terungkap saat ia meminta Pentagon menyerang situs nuklir Iran.

Melansir Reuters, Trump membuat permintaan untuk menyerang situs nuklir utama Iran pekan lalu. Ia mengajukan permohonan dengan Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Pertahanan barunya Christopher Miller, dan ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley.

Informasi ini dikatakan dan dikonfirmasi oleh seorang pejabat AS pada Senin (16/11/2020) lewat laporan media The New York Times. Ia melaporkan bahwa para penasihat membujuk Trump untuk tidak melanjutkan pemogokan karena adanya risiko konflik yang lebih luas.

 

Dari awal Trump memimpin AS, mantan pengusaha ini kerap bersitegang dengan Iran. Selama empat tahun masa kepemimpinannya, Trump banyak terlibat dalam kebijakan agresif terhadap Iran, seperti menarik diri dari kesepakatan nuklir yang sebelumnya sudah dinegosiasikan oleh Presiden ke-44 Barack Obama.

Trump juga menjatuhkan sanksi ekonomi. Ini membuat negeri Ayatollah Khamanei itu sulit menjual minyak dan jatuh dalam resesi berkepanjangan.

Permintaannya untuk opsi menyerang datang sehari setelah laporan pengawas atom PBB menunjukkan bahwa Iran memindahkan aliran pertama sentrifugal canggih dari pabrik di situs pengayaan uranium utamanya ke pabrik bawah tanah. Ini disebut pelanggaran baru kesepakatan nuklir yang memiliki kekuatan besar.

Stok 2,4 ton uranium pengayaan rendah Iran sekarang jauh di atas batas kesepakatan 202,8 kg. Ini menghasilkan 337,5 kg di kuartal ini, kurang dari lebih dari 500 kg yang tercatat di dua kuartal sebelumnya oleh Badan Energi Atom Internasional.

Serangan ke situs nuklir utama di Natanz dapat memicu konflik regional. Ini pun menimbulkan tantangan kebijakan luar negeri yang serius bagi Biden yang baru akan bekerja sebagai presiden AS pada Januari 2021 mendatang.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews