Mendikbud Nadiem Heran Komitmennya untuk Sejarah Diragukan

Mendikbud Nadiem Heran Komitmennya untuk Sejarah Diragukan

Mendikbud, Nadiem Makarim

Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makrim merasa isu penghapusan mata pelajaran sejarah menyudutkan dirinya sebagai anti kebangsaan. Padahal, menurut Nadiem, dia memiliki silsilah seorang pejuang kemerdekaan.

"Yang membuat mengejutkan adalah, komitmen saya terhadap sejarah kebangsaan kita dipertanyakan, padahal misi saya adalah untuk memajukan pendidikan sejarah, dan kembali relevan dan menarik bagi anak-anak," ujar Nadiem.

Nadiem kemudian bercerita bahwa kakeknya, adalah seorang pejuang kemerdekaan. Ayah dan ibunya pun memiliki konsentrasi terhadap masalah di Indonesia.

"Kakek saya adalah salah satu tokoh perjuangan dalam kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. Ayah (Nono Anwar Makarim), dan ibu (Atika Algadrie) saya aktivis nasional membela hak asasi rakyat Indonesia dan berjuang melawan korupsi. Anak saya tidak akan tahu bagaimana melangkah ke masa depan tanpa mengetahui dari mana mereka datang," sambungnya.

Nadiem memang tidak menyebut nama kakek yang dia maksud. Tapi, Atika Algadri, ibu dari Nadiem, adalah anak dari Hamid Algadri.

Diketahui, Hamid Algaderi adalah pejuang kemerdekaan, dan setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sebelum kemerdekaan, dia aktif PAI (Persatuan Arab Indonesia). Kemudian, setelah kemerdekaan, Hamid Algaderi ikut dalam perjanjian Linggarjati, Renville dan Konferensi Meja Bundar.

Soal isu penghapusan mata pelajaran sejarah, Nadiem menjelaskan, saat ini sedang ada pengkajian untuk penyederhanaan kurikulum. Namun, tidak ada kebijakan penghapusan mata pelajaran sejarah.

"Isu ini keluar karena ada presentasi internal yang keluar ke masyarakat dengan salah satu permutasi penyederhanaan kurikulum. Kami punya banyak, puluhan versi yang berbeda yang sedang melalui FGD, dan uji publik. Semua belum tentu permutasi tersebut menjadi final. Inilah namanya pengkajian yang benar di mana berbagai opsi diperdebatkan secara terbuka," Kata Nadiem.

Nadiem menyampaikan, yang dia ingin agar pelajaran sejarah diminati oleh murid-murid. Sehingga, perlu ada pembaruan dalam kurikulum pendidikan.

"Misi saya sebagai menteri adalah kebalikan dari yang (isu yang) timbul, saya ingin menjadikan sejarah suatu hal yang relevan bagi generasi muda, dengan penggunaan media yang menarik dan relevan untuk generasi kita, agar bisa menginspirasi mereka," kata Nadiem.

"Identitas generasi baru yang nasionalis hanya bisa terbentuk dari suatu kolektif memori yang membangunkan dan menginspirasi. Sekali lagi, saya imbau kepada masyarakat, jangan biarkan informasi yang tidak benar ini menjadi liar," kata Nadiem.

Diketahui sebelumnya, muncul petisi daring (online) yang mengusung isu soal mata pelajaran sejarah untuk SMA dan sederajat. Petisi di change.org atas nama Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) berjudul 'Kembalikan posisi mata pelajaran sejarah sebagai mapel wajib bagi seluruh anak bangsa' telah mendapat 10.473 tanda tangan hingga Jumat (18/9/2020) malam.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews