Derita Ibu Enam Anak di Karimun, Suami Dibui, Anak Meninggal

Derita Ibu Enam Anak di Karimun, Suami Dibui, Anak Meninggal

Adea Fitri (baju hijau) bersama pendamping PKH Kemensos. (Foto: Edo/Batamnews)

Karimun - Air mata Adea Fitri berderai bercerita kegeruhan hidup. Raut wajahnya rengsa di tengah cobaan yang bertubi-tubi. Hanya jentaka yang dirasakan.

Wanita malang itu tengah berjuang menghidupi enam orang anaknya seorang diri. Kisahnya sungguh memprihatinkan.

Dea merupakan warga Kampung Kali Baru Pelipit, Kelurahan Sei Lakam Barat, Kecamatan Karimun, Kabupaten Karimun.

Baru-baru ini ia kehilangan anak bungsunya yang masih berusia 3 tahun, setelah berjuang di rumah sakit karena sakit paru-paru.

"Anak saya yang kecil sakit paru-paru, baru 10 hari lalu meninggal dunia, usianya 3 tahun," katanya, Kamis (30/7/2020).

Ia tertatih membiayai pengobatan anaknya itu. Sebulan setengah ia merawat di rumah sakit dengan biaya minim.

Sang suami yang diharapkan mengayomi selama ini, justru jarang menafkahi dan malah membebaninya.

Pria bejat itu pun sudah ditahan polisi usai mencabuli sang anak tiri (anak kandung Dea dari pernikahan sebelumnya). Hati Dea kian teriris oleh peristiwa yang menimpa anak sulungnya itu.

Dea menceritakan, saat merawat anak bungsunya yang sakit paru-paru, ia berusaha tetap fight membiayai anak-anak lainnya di rumah. Pinjam uang sana-sini, hanya itu yang bisa dilakukan.

Untung di rumah sakit beberapa orang memberikannya pertolongan. Orang yang kasihan dan membantunya dalam mengurus BPJS.

"Pagi-pagi saya biasa sana-sini nanduk (meminta bantuan), kawan-kawan, orang dekat rumah, asal dapat untuk makan saja. Ada ngasih 50 ribu, saya bagi dua, 25 ribu untuk anak-anak di rumah, 25 ribu saya bawa ke rumah sakit. Saya nggak peduli, mau rumah bocor dan banjir, yang penting anak saya makan," kisahnya sembari menyeka air mata.

Anak-anaknya pun putus sekolah karena tidak ada biaya.

Rumah yang didiaminya juga cukup memprihatinkan, meskipun berdinding batako. namun dapur tidak beratap, dan memasak masih menggunakan kayu bakar.


Program Keluarga Harapan dari Kemensos

Kementerian Sosial melalui Program Keluarga Harapan, saat ini telah melakukan pendampingan terhadap keluarga Dea.

Pendampingan yang dilakukan seperti memberikan pendampingan psikologis terhadap anaknya yang menjadi korban pencabulan ayah tiri.

Kemudian, PKH juga melakukan pendataan ulang, seperti KK dan KTP, juga pengurusan surat Mualafnya dari KUA, dan pengajuan bantuan ke Baznas Karimun.

"Kita sudah lakukan upaya pendampingan, berikan psikologis pada anaknya, kemudian juga data-datanya," ucap Febrina.

Selain untuk membantu sehari-hari seperti makan. Anak-anak Dea juga membutuhkan sekolah, mulai dari seragam, sepatu, buku dan lainnya.

"Sekarang, untuk sekolah anaknya ini kan kemarin putus sekolah. Jadi kami daftarkan lagi, kemudian carikan perlengkapan juga," katanya.

Saat ini, bantuan dari pusat untuk biaya pendidikan anak-anak Dea telah ada. Namun itu tidak berlaku untuk selamanya.

"Bantuan itu kan tidak cukup satu itu saja. Untuk kebutuhan sehari-sehari tidak akan mencukupi, makanya diharapkan ada bantuan lain," ucapnya.

Program Keluarga Harapan Kemensos, juga bersama dengan P2TP2A, Pendamping ABA Khusus, serta pendamping sosial, akan melakukan pendampingan pada keluarga wanita malang ini.

"Selain ke Psikologi, kita akan juga akan cek kejiwaan. Tapi bukan gila ya, karena psikis dan trauma yang masih dialaminya," ujar Febrina.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews