Tragedi Bocah Suriah Tewas Tenggelam saat Mengungsi Menyayat Dunia

Tragedi Bocah Suriah Tewas Tenggelam saat Mengungsi Menyayat Dunia

Petugas mengevakuasi jasad bocah yang tewas di pantai Bodrum, Turki. (foto: istimewa/net)

BATAMNEWS.CO.ID, Turki - Tragedi bocah Suriah berusia tiga tahun yang tewas tenggelam saat akan mengungsi bersama sejumlah warga Suriah ke wilayah Eropa menyayat hati masyarakat dunia.

Dalam tragedi yang menyayat hati itu, ada bocah berusia tiga tahun yang kehilangan nyawanya ditemukan di pantai Bodrum, Turki.

Pemandangan miris itu jadi ironi, mengingat pantai Bodrum menjadi salah satu pantai favorit para turis Barat, terutama Inggris untuk berlibur. Insiden itu juga jadi sindiran pedas untuk Perdana Menteri Inggris, David Cameron dan para pemimpin Eropa lainnya yang menolak kedatangan para pengungsi yang putus asa dengan kondisi mengerikan di Suriah.

Ada 20 pengungsi Suriah yang mengalami musibah di lepas pantai Turki. Dalam perjalanan berbahaya, perahu yang mereka tumpangi terbalik. Dari 20 pengungsi itu, 12 di antaranya meninggal. Di antara para korban tewas yang ditemukan terdapat bocah lima tahun, Galip Kurdi dan adiknya Aylan Kurdi yang berusia tiga tahun, tergeletak tak bernyawa. Ibu mereka juga ditemukan tewas.

Foto-foto evakuasi bocah-bocah kecil asal Suriah itu menghiasi berbagai media dunia yang menuai empati. Partai Buruh di Inggris memohon PM Cameron agar mengizinkan 10 ribu pengungsi Suriah masuk ke Inggris. Sedangkan Jerman, berencana menyambut 800 ribu pengungsi asal Timur Tengah itu pada tahun ini.

Menurut Reuters, Kamis (3/9/2015), rombongan pengungsi Suriah itu sedianya menuju ke sebuah pulau di Yunani, namun musibah menggagalkan rencana mereka.

Mantan sekretaris Menteri Luar Negeri Inggris, Yvette Cooper, menyebut insiden para pengungsi Suriah itu sebagai tragedi memilukan. "(Memilukan) ketika seorang ibu berupaya mati-matian untuk mencegah bayi mereka agar tidak tenggelam saat perahu mereka terbalik,” katanya.

Namun, PM Cameron tetap menolak permohonan itu. "Kami telah menerima sejumlah pencari suaka asli dari Suriah, tapi kami pikir hal yang paling penting adalah mencoba untuk membawa perdamaian dan stabilitas ke wilayah itu. Saya tidak berpikir ada jawaban yang dapat dicapai hanya dengan menerima lebih banyak lagi dari pengungsi."

Para pemimpin Eropa, termasuk Perdana Menteri Inggris, David Cameron, telah menuai kecaman karena terlalu pelit untuk menerima para pengungsi Suriah. Padahal, mereka melarikan diri dari negaranya untuk mengindari perang yang tak kunjung usai.

Sebanyak 28 negara Uni Eropa kemarin terlibat ketegangan dalam sebuah diskusi setelah tragedi Aylan Kurdi menjadi pemberitaan media-media dunia.  
 
Dalam pertemuan negara-negara Uni Eropa, Prancis dan Jerman tekah sepakat bahwa Uni Eropa sekarang harus memberlakukan kuota mengikat dari negara-negara anggota Uni Eropa yang harus menerima para pengungsi Suriah.

"Kami setuju bahwa kita perlu kuota mengikat di dalam Uni Eropa untuk berbagi beban. Itu adalah prinsip solidaritas," ucap Kanselir Jerman, Angela Merkel, kepada wartawan selama kunjungan di Ibukota Swiss, Zurich.

Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, seperti dikutip AFP, Jumat (4/9/2015), pada minggu depan akan mengungkap rencana untuk relokasi sekitar 120 ribu lebih pengungsi untuk meringankan beban negara-negara garis Uni Eropa, seperti Yunani, Italia dan Hungaria.

Presiden Uni Eropa, Donald Tusk, juga meminta negara-negara anggota untuk berbagi pemukiman minimal untuk 100 ribu pengungsi. Jumlah kuota ini melebihi perjanjian saat ini, yakni, 32 ribu pengungsi.

Di Inggris, surat kabar Guardian melaporkan bahwa Perdana Menteri David Cameron sedang mempersiapkan diri untuk menanggapi tekanan dunia agar Inggris bersedia menerima pengungsi Suriah dalam jumlah besar.

(ind/bbs)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews