Selain Gula, Berikut Barang yang Sering Ditimbun Saat Ramadhan

Selain Gula, Berikut Barang yang Sering Ditimbun Saat Ramadhan

Gula merupakan salah satu barang yang kerap ditimbun saat bulan suci Ramadhan (Foto:ist/net)

Jakarta - Beberapa komoditas pangan kerap kali mengalami kelangkaan setiap menjelang Ramadhan dan Lebaran. Salah satunya seperti yang kini sudah terjadi pada komoditas gula pasir.

Komoditas satu ini sudah mulai langka di beberapa pasar ritel setidaknya dalam 1 bulan belakangan. Beberapa pihak beranggapan bahwa kelangkaan gula terjadi karena adanya aksi penimbunan dari oknum tidak bertanggung jawab di lapangan.

Selain gula, komoditas pangan apa saja yang rentan ditimbun oknum-oknum nakal tersebut?

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian (Perhepi) sekaligus Rektor Perbanas Institute Hermanto Siregar, komoditas yang sudah pasti menjadi langganan aksi timbun pangan selama ini adalah sembilan bahan pokok atau sembako.

Sembako menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 115/MPP/Kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998 terdiri dari beras, gula pasir, minyak goreng dan mentega, daging sapi dan ayam, telur ayam, susu, jagung, minyak tanah, dan garam beryodium.

"Yang pasti komoditas yang sering ditimbun itu ya sembilan bahan pokok kita atau sembako," kata Hermanto dilansir dari detikcom, Senin (20/4/2020).

Dihubungi secara terpisah, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri pun berpendapat serupa sekaligus menambahkan komoditas lain yang rentan ditimbun. Salah satu yang kerap ditimbun selain sembako adalah komoditas impor seperti bawang putih.

"Selain gula pasir, beras dan sembako lainnya, ada bawang putih yang potensinya besar untuk ditimbun," ujar Abdullah.

Selain bawang putih, cabe rawit juga kerap ditimbun oknum-oknum nakal. Alasannya, cabe rawit memiliki permintaan yang cukup tinggi sehingga sebentar saja ditimbun harganya bisa langsung melonjak tajam.

"Cabe rawit. Walaupun tidak sekuat gula pasir dan beberapa komoditas lain seperti minyak goreng dan seterusnya, tetapi cabe punya potensi penimbunan. Walaupun agak sulit menimbun cabe rawit karena tidak bisa lama ditahan di gudang. Karena apa, karena 1 jam saja ditahan di jalan, sehingga pasar panik karena barangnya tidak masuk ini harga bisa naik," terangnya.

Lalu, mengapa komoditas-komoditas ini rentan sekali untuk ditimbun oknum-oknum tak bertanggung jawab? Menurut Abdullah hal itu mungkin terjadi karena rantai distribusi komoditas-komoditas itu cukup panjang ketimbang barang lainnya.

"Ini punya potensi besar untuk ditimbun karena rantai distribusinya panjang. Dari petani ke pengepul, pengepul ke pengepul besar, pengepul besar ke pasar usaha, pasar induk, pasar-pasar sekitar lalu masuk ke eceran. Ini terlalu besar ini potensi besar untuk ditimbun," pungkasnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews