Teror Corona di Tahun Baru China

Teror Corona di Tahun Baru China

Antrean pasien di salah satu rumah sakit Kota Wuhan, China. (Foto: SCMP)

Beijing - Dunia siaga menghadapi virus baru nan mematikan. Virus yang terdeteksi berasal dari Kota Wuhan, China itu bernama Coronavirus (2019-nCoV).

Hingga Sabtu (25/1/2020), tepat saat perayaan Imlek 2571, wabah mematikan ini sudah membunuh 41 orang. Sementara jumlah kasus yang terinfeksi telah melonjak menjadi hampir 1.300 orang di seluruh dunia.

"Ada tambahan 15 orang meninggal di Wuhan dan 444 kasus baru ditemukan," kata Komisi Kesehatan Nasional Provinsi Hubei, dilansir Channel News Asia.

Persebaran virus yang semakin mengkhawatirkan, membuat Pemerintah China mengisolir puluhan juta orang yang menghuni sembilan kota di negara itu.

Mereka tidak boleh meninggalkan kota dan warga lainnya juga dilarang masuk ke sembilan kota. Bandara hingga stasiun kereta bawah tanah dikunci rapat.

Isolasi ini membuat warga, khususnya Kota Wuhan, sangat terpukul. Momen tahun baru Imlek yang biasanya identik dengan mudik dan berkumpul dengan keluarga menjadi sirna.

Rumah sakit dipenuhi dengan pasien dan mereka menggambarkan keadaan ini seperti hari kiamat.

"Aku tidak punya apa-apa. Tidak ada pakaian pelindung, hanya jas hujan, dan saya berdiri di luar rumah sakit di tengah hujan, ”kata seorang wanita, yang menyebut namanya Xiaoxi seperti dilansir South Morning China Post.

“Aku putus asa, aku telah kehilangan hitungan waktu dan hari. Saya tidak tahu apakah kita berdua akan hidup untuk menyaksikan tahun baru. ”

Xiaoxi harus menunggui suaminya yang kini tengah dirawat di sebuah rumah sakit Kota Wuhan.

Dia mengatakan bahwa malam Tahun Baru Imlek terasa seperti "hari kiamat" karena tidak ada tempat baginya dan sang suami yang sakit untuk pergi ke kota yang terkunci.


Suami Xiaoxi sekarang bergabung dengan pasien lain yang menunggu di unit gawat darurat dengan harapan staf medis akan menerimanya.

Gejala yang dialami suaminya muncul 10 hari lalu. Saat itu, sang suami demam dan mengalami batuk darah.

Dia kemudian membawanya berobat namun empat rumah sakit menolak perawatan dengan alasan kehabisan ruang rawat dan tidak bisa melanjutkan tes medis.

Bahkan, pasangan ini juga ditolak ketika mereka meminta rumah sakit untuk menggunakan ambulans.

“Rumah sakit pertama menyuruh kami pulang dan memberi kami obat flu. Tetapi demam suamiku berlanjut dan kami akhirnya pergi dari rumah sakit ke rumah sakit hanya untuk disuruh pulang dengan beberapa antibiotik, ”katanya.

“Suami saya tidak makan banyak selama berhari-hari dan kondisinya semakin memburuk. Dan orang-orang terus sekarat, tidak ada yang merawat tubuh. Jika ini terus seperti ini, kita semua akan hancur. "


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews