China Penjarakan Ilmuwan Perekayasa Gen Bayi

China Penjarakan Ilmuwan Perekayasa Gen Bayi

He Jiankui.

China - Media pemerintah China, Xinhua, hari ini mengumumkan tiga ilmuwan yang terlibat dalam rekayasa gen bayi dikenai hukuman penjara karena asalan praktis medis ilegal.

Laporan Xinhua menyatakan ilmuwan yang memimpin penelitian rekayasa gen bayi itu, He Jiankui, dihukum penjara tiga tahun dan denda sebesar USD 430.000 atau setara Rp5,9 juta.

Dua peneliti lainnya mendapat hukuman dan denda lebih ringan dari He. Zhang Renli dipenjara dua tahun dan denda 1 juta yuan. Qin Jinzhou dipenjara 18 bulan dan penangguhan hukuman selama dua tahun serta denda 500.000 yuan.

He mengatakan 13 bulan lalu dia membantu kelahiran bayi pertama yang gennya direkayasa sehingga mampu kebal terhadap virus HIV. Bayi kembar bernama Lula dan Nana itu lahir November 2018. Pengumuman itu mengguncang dunia kedokteran dan memicu perdebatan soal etika merekayasa gen bayi. He mengklaim dia sudah membuat terobosan di dunia medis yang mampu "mengendalikan penyebaran HIV". Namun tidak diketahui apakah hasil penelitiannya itu sukses membuat si bayi jadi kebal terhadap HIV.

 

Untuk mengatasi masalah HIV di China

Praktik merekayasan gen manusia ilegal di Kanada dan Amerika Serikat. Namun tidak diketahui apakah di China juga dilarang ketika He melakukan eksperimennya.

Sejak pengumumannya itu, Kementerian Kesehatan China langsung mengeluarkan rancangan peraturan yang akan melarang rekayasa gen manusia.

Dalam wawancara dengan kantor berita AP November 2018, Jianku mengatakan dia merekayasa embrio dari tujuh pasangan di masa mereka menjalani program kesuburan. Salah satu pasangan kemudian melahirkan bayi kembar.

Jiankui mengatakan dia ingin mencoba merekayasa gen manusia untuk mengatasi masalah HIV di China.

Hasil penyelidikan China memastikan pasangan yang baru melahirkan anak kembar itu kemudian memakai embrio kedua yang sudah direkayasa untuk kehamilan kedua. Seluruh tiga bayi itu akan dipantau oleh pemerintah dan departemen kesehatan. Aparat China juga sudah mengambil alih catatan laboratorium He dan menyatakan penelitiannya tidak etis dan tidak diperlukan secara medis karena para ilmuwan khawatir perubahan DNA bisa diturunkan ke generasi masa datang.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews