Ada Apa di Balik Kunjungan Menhan Prabowo ke Turki dan China?

Ada Apa di Balik Kunjungan Menhan Prabowo ke Turki dan China?

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertemu Angkatan Laut Turki. (Foto: Liputan6.com)

Jakarta - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berkunjung ke sejumlah negara untuk mempererat kerja sama militer. Dua negara di antaranya adalah Turki dan China.

Di Turki, Prabowo sempat bertemu Presiden Recep Tayyip Erdogan. Mantan Danjen Kopassus ini juga sempat mengunjungi Angkatan Laut Turki. Prabowo pun sempat mencoba kapal selam dan kapal perang AL Turki.

"Beliau melakukan pembicaraan dengan Angkatan Laut Turki dan berkunjung melihat industri perkapalan perang dan kapal selam Turki di Golcuk Naval Shipyard, Kocaeli," ungkap Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Antara Lembaga, Dahnil Anzar Simanjuntak, akhir November lalu.

 

Melirik Kapal Selam Turki

Sementara itu, sumber di internal Kementerian Pertahanan menyebut ada kemungkinan Prabowo akan membeli kapal selam dari Turki. Menggantikan kapal selam yang selama ini dipesan dari Korea.

Pertimbangannya, Turki mandiri secara alutsista. Penyebab lain, kapal selam kelas Chang Bogo dari Korea Selatan dinilai memiliki kekurangan.

"Ada beberapa kekurangan dari kapal selam kelas Chang Bogo," katanya.

Soal kekurangan kapal selam buatan Korea ini sempat disinggung oleh Menhan sebelumnya, Ryamizard Ryacudu. Dia sempat melayangkan protes pada Korea Selatan soal KRI Nagapasa-403. Kapal selam yang memperkuat TNI AL sejak 2017 itu kurang bertenaga akibat baterai yang terlalu kecil. Ryamizard mengaku masalah itu telah direspons pihak Korsel.

"Banyak kontrak pengadaan alutsista yang ditinjau ulang saat Prabowo menjadi menteri pertahanan," kata sumber itu lagi.

Salah satu yang ditinjau ulang adalah proyek pengembangan kerja sama pesawat tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan. Proyek itu dinilai terlalu mahal.

Dalam kontrak pembiayaan bersama, Indonesia akan menanggung biaya sebesar 20 persen dari nilai proyek jet tempur ini. Jumlah yang harus dibayar pemerintah RI, hingga proyek ini selesai tahun 2025 nanti diperkirakan mencapai USD 7,5 miliar atau Rp 105 Triliun.

 

Kunjungan ke China

Prabowo juga melakukan kunjungan ke China sejak Minggu (15/12/2019). Rencananya kunjungan akan berlangsung selama tiga hari.

Dalam kesempatan tersebut, Menhan Prabowo akan bertemu dengan Menteri Pertahanan Nasional China Jenderal Wei Fenghe dan Wakil Ketua Komisi Militer Pusat China Jenderal Xu Qiliang.

Prabowo juga dijadwalkan berkunjung ke State Administration for Science, Technology and Industry for National Defense (SASTIND) yang membawahi semua industri strategis dan pertahanan di China.

"Indonesia dan Tiongkok selama ini telah menjalin kerja sama yang baik di bidang pertahanan, baik secara bilateral maupun dalam kerangka regional. Tiongkok juga menjadi salah satu mitra Indonesia dalam modernisasi sistem pertahanan," kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun.


Alutsista Apa Yang Dilirik?

Prabowo didampingi beberapa pejabat Kemenhan, Komando Pertahanan Udara Nasional, Komando Operasi TNI Angkatan Udara 2, Komando Pusat Persenjataan Kavaleri TNI Angkatan Darat, Komando Pusat Persenjataan Artileri Medan TNI Angkatan Darat, Komando Pusat Persenjataan Artileri Pertahanan Udara TNI Angkatan Darat, Komando Armada 1 TNI Angkatan Laut, dan Komando Sekolah Staf TNI.

Jika melihat daftar rombongan tersebut, terlihat alat utama sistem pertahanan maupun kerja sama militer yang akan ditingkatkan kedua negara. Di antaranya untuk TNI AU, meliputi sistem pertahanan udara dan pesawat tempur. Angkatan Darat meliputi kendaraan lapis baja, artileri medan dan artileri pertahanan udara. Lalu penguatan armada TNI AL, dan tukar menukar pendidikan perwira.

Industri pertahanan China saat ini telah jauh berkembang. China telah memiliki pesawat tempur siluman yang diberi nama J-20 Chengdu yang disebut setara dengan F-35 Lightning milik AS.

Untuk artileri medan, China memiliki Howitzer swagerak SH-11 yang berkaliber 155. Mampu menghantam target dengan efektif dari jarak 40 km dengan proyektil khusus. China juga terus mengembangkan roket-roket anti pertahanan udara.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews