Proyek Jet Tempur RI-Korsel yang Disebut Prabowo Kemahalan

Proyek Jet Tempur RI-Korsel yang Disebut Prabowo Kemahalan

Ilustrasi.

Jakarta - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto akan melakukan negosiasi ulang atas alutsista Jet tempur dengan Korea Selatan sebelum melakukan pembelian. Dia mengaku hal itu juga diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) lantaran dianggap kemahalan.

Pembelian alutsista itu merupakan proyek kerja sama Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel) untuk pesawat tempur Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX).

Pada Jumat (13/12/2019) siang lalu, Prabowo melaporkan masalah-masalah alutsista kepada Menko Polhukam Mahfud Md. Prabowo mengaku diminta Presiden Jokowi untuk melakukan negosiasi harga alutsista sebelum melakukan pembelian.

Seperti apa perjanjian dan kecanggihan dari proyek jet tempur ini?


1. Proyek Kerjasama RI-Korsel

Sebenarnya proyek ini sudah direncanakan cukup lama. Sebelumnya Indonesia menyatakan minat untuk terlibat, yang ditandai dengan penandatangan letter of intent (LoI). Kemudian, LoI ini berlanjut dengan kesepakatan pengembangan bersama.

Rencana kerjasama itu diperkuat dengan pertemuan antara mantan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto yang menerima kunjungan Duta Besar (Dubes) Korea Selatan (Korsel), Kim Chang-Beom pada Maret 2019.

Menurut Wiranto dalam pertemuan itu dibicarakan rencana kunjungan ke Korsel untuk negosiasi proyek pesawat tempur Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX).

Rencananya, pesawat tersebut diproduksi sebanyak 168 unit yang terbagi Korsel 120 unit dan Indonesia diperkirakan 48 unit. Produksi massal rencananya dimulai 2026. Saat ini, jet tempur itu dalam tahap pengembangan menuju pembuatan purwarupa atau prototipe.

 

2. Kecanggihan Pesawat Semi Siluman

Proyek ini sudah direncanakan hingga target produksi. Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI Heri Yansyah mengatakan, jumlah pesawat yang akan diproduksi mencapai 168, di mana Korea akan memiliki 120 pesawat dan Indonesia 48 pesawat.

"Perkiraan produksi kita 48 pesawat, Korea 120 pesawat, total 168 pesawat," kata dia, Rabu (8/11/2018) lalu.

Pesawat ini disebut-sebut akan memiliki kemampuan khusus. Kemampuan khusus itu salah satunya ialah perusak sistem elektronik musuh atau disebut jammer eleonic.

"Dia juga dilengkapi electronic jammer,bisa nge-jam secara elektronik, pernah dengar kan perang elektronik, elektronik lawan bisa kita jam sehingga tidak berfungsi. Merusak sistem elektronik mereka. Ini salah satu keunggulannya," kata Heri.

Heri menerangkan, pesawat yang dikembangkan ini masuk kategori semi siluman. Sebab, pesawat itu sulit dilacak oleh radar namun karena letak senjatanya di luar membuatnya masih bisa terbaca radar.

"Kami sebut semi stealth karena sudah mengikuti siluman walaupun tidak penuh. Karena senjata masih bisa terdeteksi, tapi engine kita design tidak terbaca dari radar depan lawan. Tapi senjata masih kebaca masih, ada panasnya," terangnya.

Pesawat supersonik ini juga dilengkapi sistem radar yang bisa menangkap pergerakan lawan dari segala penjuru. Sistem itu juga bisa menangkap pergerakan sejumlah lawan.

"Kemampuan khususnya dia memang multi rule medium, dia menggunakan advance avionik artinya menggunakan radar yang menangkap lawan target di atas dan di bawah. Juga dilengkapi optical targeting system yang sebagai mata bisa menangkap beberapa lawan," ungkapnya.

Soal harga pesawat, saat itu dia mengaku belum bisa menyebutkannya. Sebab, untuk produksi massal akan diatur lagi dalam sebuah kesepakatan.

"Nanti itu kan kalau produksi pesawat, kita jual kan ada harga pesawat, nanti itu ada perhitungan lagi. Tapi beda perhitungan development cost yang lebih mahal, dibandingkan harga pesawat untuk produksi. Kalau produksi kan sudah sertifikasi, tinggal produksi," jelasnya.

Namun dia menerangkan, untuk pengembangan, investasi yang dikucurkan kedua negara sebesar 8,7 triliun won. Adapun jumlah pesawat purwarupa yang dibuat adalah 8 pesawat dengan rincian 6 diterbangkan dan 2 pesawat tidak terbang karena hanya untuk uji struktur.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews