Aktivis Perlindungan Hewan Prancis Sarankan Jangan Bunuh Nyamuk

Aktivis Perlindungan Hewan Prancis Sarankan Jangan Bunuh Nyamuk

Nyamuk

Aktivis perlindungan hak-hak hewan asal Prancis, Aymeric Caron meminta manusia tak membunuh nyamuk, namun membiarkan mereka mendapat sumbangan darah. Caron yang seorang presenter televisi itu mengatakan, serangga seperti nyamuk menghisap darah manusia untuk mendapatkan protein bagi telur mereka.

"Memalukan bagi para anti-specist yang menyadari bahwa mereka sedang diserang oleh seorang ibu yang berusaha memberi makan calon anak-anak masa depannya," kata dia, dilansir dari laman The Independent, Minggu (4/8).

Anti specist adalah mereka yang melawan diskriminasi terhadap spesies tertentu, khususnya binatang. Namun pegiat perlindungan hewan Inggris mengatakan pernyataan Caron tersebut terlalu jauh dan tak membantu.

Caron, yang mengklaim dirinya sebagai seorang anti specist, mengatakan pecinta binatang harus mengizinkan nyamuk menggigit, kecuali di Afrika dimana sangat berisiko terkena malaria.

Dia mengatakan membiarkan nyamuk menggigit sama dengan donasi darah, dan walaupun yang ideal adalah mencegah membunuh mereka, nyamuk boleh dibunuh saat dibutuhkan.

"Seseorang dapat mempertimbangkan bahwa donor darah dari waktu ke waktu untuk serangga yang hanya berusaha memberi makan anak-anaknya bukanlah sebuah drama," kata Caron dalam sebuah video.

"Nyamuk betina benar-benar tidak punya pilihan selain mempertaruhkan nyawanya untuk bayinya," sambungnya.

Agar tak digigit nyamuk, Caron menyarankan agar menggunakan obat anti nyamuk alami dari serai, minyak lavender atau bawang putih, mandi teratur dan menghindari menggunakan parfum.

Dia juga menyarankan orang-orang mengikuti teladan Albert Schweitzer, filsuf dan perintis perlindungan hewan. Di Afrika, di mana ada malaria, dia membunuh nyamuk. Di Prancis, di mana mereka tidak ofensif, ia membiarkan dirinya digigit," kata Caron.

Ketua Animal Equality Inggris, Toni Vernelli mengatakan, dia memberikan batasan pada parasit yang membawa malaria dan membunuh jutaan orang per tahun.

Bagi kebanyakan orang, ini adalah langkah yang terlalu jauh dan mengganggu. Ini tidak membantu dalam upaya mendidik orang tentang penderitaan hewan di peternakan, dan tidak terkait dengan kampanye kesejahteraan hewan," katanya.

"Kita jauh lebih baik fokus pada hal-hal nyata yang dapat dilakukan orang untuk mengurangi penderitaan hewan, seperti tidak makan daging, menggunakan produk hewani dan memakai bulu," katanya.

Menurut laporan malaria terbaru dari WHO, yang dirilis tahun lalu, ada 219 juta kasus malaria pada 2017, dengan hampir setengah juta menyebabkan kematian.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews