Kisah Ketua KPPS di Batam Kehilangan Janin Demi Pesta Demokrasi

Kisah Ketua KPPS di Batam Kehilangan Janin Demi Pesta Demokrasi

Mega Yani Maimon (tengah) saat menjalankan tugasnya menjadi Ketua KPPS 017 Tiban kala Pemilu lalu. (Foto: istimewa)

Batam - Mega Yani Maimon (44) hanya bisa pasrah kehilangan janinnya yang masih berumur empat bulan di dalam kandungan. Semangatnya menjalankan pesta demokrasi, harus dibayar mahal setelah dia keguguran usai menjadi Ketua Pantia Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 17, Kelurahan Tiban Baru, Tiban, Sekupang, pada tanggal 20 April 2019.

Ditemui di rumahnya, Perumahan Delta Villa, Blok J12, Tiban Baru, Sekupang, Mega terlihat bingung ketika didatangi wartawan batamnews.co.id. Dia tidak menyangka kejadian yang menimpanya sudah diketahui.

Sesekali dia memegangi perutnya sambil mempersilahkan wartawan masuk ke dalam rumahnya.

“Masih agak ngilu aja sama pusing-pusing sedikit,” ujarnya, Senin (29/4/2019) siang.

Mega mengatakan dia sedang hamil empat bulan saat menjalankan tugas sebagai KPPS. Awalnya, dia tidak mempermasalahkan itu namun tidak menyangka pemilu tahun ini akan sangat berat.

Tekanan dari peserta pemilu karena keterlambatannya logistik, serta peserta yang tidak mematuhi aturan membuatnya stres. Belum lagi dia harus rela memangkas waktu istirahatnya karena harus menjalankan tugasnya.

“Tanggal 16 saya sama warga sudah gotong royong di TPS sampai sore, sebenarnya setelah itu saya mau pergi kontrol ke dokter, tapi saya dapat kabar kalau TPS disuruh pindah,” kata perempuan asal Lintau, Sumatera Barat ini.

Itu hal pertama yang membuat dia stres, karena menurut dia di TPS itu sudah selesai persiapannya. Tapi permintaan dari Panwascam tidak bisa tidak dia turuti.

Baca: Kecapean Bertugas, Anggota KPPS di Tiban Keguguran

Hingga tengah malam dia bersama anggota PPS lainnya bekerja lagi memindahkan TPS. Setelah itu dia izin pulang untuk istirahat. 

“Tapi saya tetap nggak bisa tidur, sampai pagi saya nggak bisa tidur. Paginya langsung ke TPS untuk pencoblosan, tapi logistik jam 10 baru datang,” ucap ibu tiga anak tersebut.

Kurangnya istirahat M,ega rasakan sampai tanggal 18 April, dimana saat itu adalah akhir penghitungan suara di TPS untuk dibawa ke tingkat kecamatan. Belum lagi kewajibannya sebagai ibu rumah tangga masih dia kerjakan.

“Jemput anak walau sempoyongan, setelah itu kembali ke TPS kemas-kemas, malamnya jemput honor KPPS ke kelurahan dan langsung dibagikan pada malam itu juga ke yang lain, masih ada acara ngumpul bersama anggota PPS lainnya. Alhamdulillah masih bisa bercanda walau semua kami sudah sempoyongan,” ucapnya sambil tersenyum.

Namun candanya itu berakhir di tanggal 19 April, Mega dikejutkan dengan pendarahan kecil. Saat itu, dia belum terlalu curiga.

“Pada akhirnya tanggal 21 April memang janin saya tidak bisa bertahan dan dengan sendirinya keluar tanpa bantuan dokter,” katanya lagi.

Keguguran itu dialaminya saat berada di kamar mandi. 

Mega mengaku kejadian ini sebenarnya tidak ingin dia besar-besarkan, itu juga permintaan dari suaminya. 

“Kata suami saya, sebagai makhluk berTuhan kita ikhlaskan saja. Mungkin ini sudah jalanNya, kita hanya bisa punya rencana tapi Allah SWT yang punya keputusan,” ucapnya.

(ude)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews