Jokowi Kesal dengan Tuduhan Banyak TKA: Cara Berpolitik Tak Beretika

Jokowi Kesal dengan Tuduhan Banyak TKA: Cara Berpolitik Tak Beretika

Presiden Joko Widodo memberikan sambutan ketika menghadiri silaturahmi dengan peserta Konferensi Gereja dan Masyarakat (KGM) X Persekutuan Gereja - Gereja di Indonesia (PGI) Tahun 2019 di Manado, Sulawesi Utara, Minggu (31/3/2019). Presiden berpesan kepada peserta konferensi KGM untuk menjaga persatuan dan kesatuan. (Foto: Antara Foto/ Wahyu Putro)

Jakarta - Presiden Jokowi mengaku sering mendapatkan serangan isu hoaks selama masa pemerintahannya. Salah satu hoaks yang membuat Jokowi geram yakni tuduhan 'antek aseng' karena banyaknya Tenaga Kerja Asing (TKA) di Indonesia.

"TKA dulu (disebut) asing sekarang aseng. Untung saya sabar. Enggak mengerti saya kalau enggak sabar dan tempramental, mau saya apakan enggak ngerti," kata Jokowi dalam acara silaturahmi bersama Konferensi Gereja dan Masyararakat (KGM) serta Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) di Hotel Sutan Raja, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (31/3).

"Coba tenaga kerja asing yang ada di Indonesia hanya 0,03 persen dari jumlah penduduk. Satu persen saja enggak ada. Enggak ada yang ramai-ramai, enggak ada," ucap Jokowi.

Kemudian, ia membandingkan jumlah TKA di sejumlah negara lainnya seperti Malaysia hingga Uni Emirat Arab dengan Indonesia. Kata Jokowi, Malaysia hanya memiliki 5,4 persen TKA, Singapura 24 persen TKA, dan Uni Emirat Arab 80 persen TKA.

 

 

Maka itu, Jokowi menyayangkan karena isu TKA terseret dalam pembahasan di ranah politik. Dia pun mengecam pihak-pihak yang coba 'bermain' dengan isu tersebut.

"Kita ini kok semua dijadikan isu politik. Inilah cara-cara berpolitik yang tidak beretika yang tidak bertata krama yang harus kita mulai benahi perbaiki. Sedih kita kalau lihat cara berpolitik seperti ini. Itu bukan budaya kita, bukan tata krama kita," ujarnya.

Di luar topik TKA, Jokowi juga mengingatkan agar masyarakat mewaspadai adanya perubahan industri yang ada. Ia ingin Indonesia dapat menyesuaikan diri.

"Hati-hati dengan perubahan-perubahan ini. Bagaimana cepat menyikapi atau kita kehilangan karakter sebagai bangsa Indonesia. Kita tidak bisa lagi mencegah tidak bisa menghambat (perubahan) itu semua," pungkasnya.


(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews