Penembakan Aksi Brutal di Masjid Kota Christchurch

Kesaksian Warga Batam yang Pernah Kuliah di Selandia Baru (2)

Kesaksian Warga Batam yang Pernah Kuliah di Selandia Baru (2)

Aji Sawung Pamungkas (Foto: Dok. Pribadi)

AJI Sawung Pamungkas hingga kini masih memiliki sejumlah teman yang berdomisili di Selandia Baru. Beberapa diantaranya sudah mendapat permanent resident. 

Beruntung teman-teman Aji tidak ada yang jadi korban. "Teman saya rata-rata di Auckland. Penduduk di Selandia baru itu sekitar tiga juta. Paling terbesar di Auckland sekitar satu juta lebih," ujar Aji Sawung Pamungkas yang pernah kuliah di sebuah universitas di Auckland, Selandia Baru kepada batamnews.co.id, Jumat (15/3/2019). 

Kehidupan para warga negara Indonesia di Selandia Baru beragam. Diantaranya ada yang kuliah dan bekerja, bahkan ada juga yang sudah menjadi warga negara Selandia Baru atau mendapat status permanent resident.

"Saya waktu itu tinggal di Auckland. Selama sekitar 7 tahun. Kuliah sambil bekerja part time. 2000 hingga 2006 akhir, dahulu orang Indonesia masih sedikit, sekarang udah cukup ramai," ucap Aji. 

Penduduk Selandia Baru rata-rata bekerja kantor. Selain itu di perhotelan serta jasa. 

Negaranya juga mengandalkan sektor pariwisata serta agriculture seperti perkebunan dan peternakan.

"Negara yang menolak tip. Memang seperti itu aturan di negara mereka," ujarnya. 

Sedangkan dari sisi budaya, penduduk Selandia Baru lebih kepada campuran Asia dan Eropa. "Berbeda dengan Australia," ucap Aji, pemilik Yayasan Manunggal Citra Saya (MCS) Batam ini.

Keamanan di negara tersebut cukup tinggi. Minim angka kriminalitas. "Bahkan waktu saya tinggal di sana, pernah ketinggalan handphone di bus umum. Besok dikembaliin sama sopir busnya. Jadi tiba-tiba kejadian begini nggak percaya aja sih, karena Selandia Baru terkenal sebagai kota pensiun (nyaman)," ujar  pemilik SMK Multistudi High School Batam ini.

Orang Indonesia di sana, selain kuliah, juga ada yang bekerja dan membuka usaha. "Perhotelan. Marketing," ucapnya. 

Warga Selandia Baru juga tak suka rasis. " Mereka sangat friendly. Teknologi riset peternakan dan perkebunan dan alamnya sangat indah," ucapnya.

Di Selandia Baru biaya hidup masih cukup terjangkau bagi orang-orang Indonesia. Tentunya lebih murah dari Eropa atau benua lainnya.

"Biaya hidup terjangkau, nyaman, hiburan kurang. Hiburan paling bar dan cafe. Mereka mengisi waktu olahraga," ucapnya. 

Setelah aksi tersebut, warga setempat tidak begitu terprovokasi. Terutama umat Muslim. "Perdana Menteri langsung turun dan berjanji melindungi semua orang. Katanya satu jam setelah kejadian seluruh masjid dan musala dikawal polisi," ucap Aji Sawung.

(snw)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews