Kue Keranjang Sajian Manis untuk Keharmonisan Keluarga

Kue Keranjang Sajian Manis untuk Keharmonisan Keluarga

Seorang warga menata kue keranjang yang dijual di kawasan Nagoya. (Foto: Johannes Saragih/batamnews).

Batam - Imlek 2570 dirayakan oleh mayoritas warga Tionghoa di seluruh dunia pada Selasa (5/2/2019). Perayaannya selalu diidentikkan dengan hadirnya berbagai jenis kuliner.

Salah satu kuliner yang kerap hadir saat pergantian tahun warga Tionghoa ini adalah kue keranjang atau memiliki nama lain Nian Gao/ Tiam Kue.

Kue ini merupakan sajian khas dalam perayaan Imlek dan wajib disajikan dan baru dinikmati setelah warga Tionghoa menunaikan ibadah di vihara atau klenteng.

Septi Hoo, salah satu warga Tionghoa di kawasan Nagoya Batam, menjelaskan bahwa makanan yang dia kenal dengan sebutan Tiam Kue ini memiliki makna dan pengharapan yang dalam agar keluarga yang memakannya selalu harmonis.

"Tiam itu kan artinya manis, sedangkan kue ya makanan nah jadi artinya makanan yang manis. Supaya keluarga selalu diberikan hubungan yang manis dan keharmonisan seperti nama dan tekstur dari makanan ini sendiri," katanya.

Septi mengatakan kue keranjang memiliki ketahanan yang lama walaupun dibuat tanpa pengawet. Kue ini mampu bertahan hingga 2 bulan lamanya. "Yang penting jangan jamuran saja," katanya. 

Dalam penyajiannya kue keranjang bisa dinikmati dengan dua cara. Pertama, dengan cara memakan langsung dengan campuran kelapa atau menikmati dengan cara menggorengnya. 

"Kue keranjang kalau mau digoreng harus ditunggu dulu sampai keras baru digoreng pakai telur atau tepung, kalau masih basah dan lengket begini tak boleh langsung makan," ujarnya.

Dalam sejarah kehadirannya, kue keranjang memiliki versi latar belakang yang berbeda-beda. Ada berbagai cerita dengan beragam versi yang melatarbelakanginya.

Mulai dari kejahatan raksasa Nian yang gemar memangsa manusia hingga seseorang bernama Gao membuatkan kue keranjang dan diletakkan didepan rumah. Tujuannya agar raksasa Nian tidak pernah lagi memangsa manusia karena kekenyangan dengan kue keranjang. 

Baca: Mengintip Pumpkin dan Hou Lou Kue, Buah Khas Imlek yang Tak Boleh Dimakan

Ada juga versi lain yang menceritakan kue keranjang merupakan sajian untuk menyogok Dewa Dapur agar mencatat hal yang baik-baik dalam rumah tangga. 

Dewa Dapur sendiri awalnya adalah manusia yang licik karena melihat kekayaan istrinya. Akhirnya dia menceraikan istrinya dan mengambil seluruh kekayaan.

Setelah berselang lama sang istripun menikah kembali dengan lelaki sederhana yang menolongnya selama ini. Sang istri yang memiliki keberuntungan besar akhirnya bisa kaya kembali dan menjadi tuan tanah setelah menikah. Hingga dia memutuskan membuka dapur umum. 

Tanpa disadari saat membuka dapur umum, sang mantan suami yang licik tadi masuk dalam antrean. Karena malu akhirnya dia bunuh diri di dapur dan gentayangan menjadi Dewa Dapur yang setiap tahunnya menghantui setiap dapur dan mencatat baik buruknya keluarga. 

Hingga pada sejarah yang menceritakan bahwa awal mula kue keranjang karena pada suatu desa di China mendapati musim salju yang panjang dimana tidak ada makanan sama sekali yang ada hanya beras ketan, itupun persediaannya tidak mencukupi. 

Beberapa warga ada yang mengalami kematian karena tidak ada makanan hingga salah seorang pasangan suami istri memiliki ide membuat kue keranjang dari bahan-bahan yang tersisa dan membagikannya kepada seluruh warga. 

Apapun versi cerita kue keranjang, sajian ini memiliki makna yang dalam bagi warga Tionghoa yang merayakan Imlek. Kue keranjang mampu mendatangkan kehangatan ditengah-tengah keluarga setiap tahunnya.

(das)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews