Pantaskah Perkebunan Sawit Dibuka di Lingga?

Pantaskah Perkebunan Sawit Dibuka di Lingga?

Perkebunan kelapa sawit (Foto:net/setkab)

Lingga - Sawit merupakan salah satu tumbuhan dengan banyak manfaat. Sawit merupakan bahan baku pembuatan minyak goreng, bahan bakar biodiesel, pelumas, mentega, pomade, lotion dan beberapa cream kulit, serta penetralisir rasa pedas.

Selain bermanfaat sebagai bahan baku, kelapa sawit juga memiliki peran besar dalam mendongkrak sektor perekonomian di Indonesia melalui bidang pertanian. Tidak mengherankan, beberapa daerah di Indonesia, ada banyak perusahan-perusahaan besar yang membuka lahan untuk perkebunan kelapa sawit.

Seperti halnya PT Citra Sugi Aditya (CSA) yang juga berminat membuka lahan perkebunan tersebut di wilayah Kecamatan Lingga Utara dan Lingga Timur, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Namun, sebagian masyarakat setempat menolak pembukaan lahan tersebut karena mempertimbangkan beberapa hal.

Bahkan, tidak hanya sebagian masyarakat, Pemerintah daerah (Pemda) Lingga dan Pemprov Kepri juga menolak rencana PT CSA membuka lahan seluas ribuan hektare tersebut untuk perkebunan sawit.

"Cerita soal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Lingga sudah tamat pasca terbitnya Instruksi Presiden tentang Moratorium Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit," kata Bupati Lingga, Alias Wello belum lama ini.

Menurut pria yang akrab disapa Awe itu, izin lokasi dan izin usaha perkebunan kelapa sawit seluas 10.759 hektar di Lingga Utara dan Lingga Timur sudah pernah diberikan kepada PT CSA melalui Keputusan Bupati Lingga Nomor : 160/KPTS/IV/2010, tanggal 26 April 2010.

Namun, kepercayaan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Lingga kepada PT. CSA tersebut tidak dijalankan sesuai dengan tujuan pemberian izinnya. Bahkan, fakta yang ditemukan di lapangan bukan perkebunan kelapa sawit yang dibangun, tapi pertambangan pasir kuarsa.

Sebenarnya, kehadiran perusahaan perkebunan kelapa sawit, bermanfaat bagi masyarakat setempat untuk memperoleh pekerjaan demi pemenuhan kebutuhan hidup. Disisi lain, perlu diketahui bahwa segala sesuatu yang dilakukan di Planet ini pasti ada dampak baik dan buruknya.

Sejauh ini, hanyalah dampak menguntungkan dari sawit yang ditemui. Sementara dampak negatif dari perkebunan kelapa sawit minim ditemukan informasinya. Padahal dampak negatif yang di timbulkan dari pembukaan lahan secara besar-besaran untuk perkebunan kelapa sawit beragam.

Kabut asap yang rutin melanda beberapa wilayah di Indoensia disebabkan karena pengalihan lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Ironisnya, pengalihan lahan itu menggunakan cara-cara yang tidak ramah lingkungan seperti pembakaran.

Selain itu, jika diteliti, adanya perekebunan kelapa sawit, sebenarnya tidak begitu menguntungkan alias merugikan. Berikut 6 dampak buruk yang disebabkan adanya perkebunan kelapa sawit dilansir Batamnews.co.id dari Liputan6.com.

 1. Kerusakan ekosistem hayati

Kelapa sawit bukan merupakan ekosistem hayati sebagaimana hutan. Hewan-hewan yang bisa hidup di perkebunan kelapa sawit pun rata-rata hanya hewan perusak tanaman, seperti babi, ular, dan tikus. Dibanding, kelapa sawit, hutan jauh lebih penting keberadaanya.

2. Pembukaan lahan dengan cara dibakar

Meskipun sudah dilarang, faktanya pembukaan lahan seringkal dilakukan dengan cara tebang habis atau (land clearing). Seperti yang terjadi di Jambi beberapa tahun lalu, kabut asap yang menyelimuti kota, akibat pembakaran hutan untuk alih fungsi lahan kelapa sawit.

3. Kerusakan unsur hara dan air dalam tanah

Peneliti lingkungan dari Universitas Riau, Ariful Amri Msc, pernah meneliti kerusakan tanah karena perkebunan kelapa sawit. Penelitian itu menyimpulkan bahwa, dalam satu hari satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter unsur hara dan air dalam tanah.

4. Munculnya hama migran baru yang sangat ganas

Hama migran ini, muncul karena ekosistem yang terganggu. Jenis hama baru ini akan mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Ini disebabkan  karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi.

5. Terjadinya konflik horiziontal dan vertikal antarwarga

Tahun 2014 silam, beberapa warga di Kalimantan bentrok dengan aparat lantaran tanah mereka akan dialihfungsikan menjadi perkebenunan sawit. Selain itu ada pula konflik antarwarga yang menolak dan yang menerima masuknya perkebunan sawit.

6. Bencana banjir dan kekeringan

Selanjutnya, praktek konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit seringkali menjadi penyebab utama bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Bahkan di musim kemarau tak ayal wilayah itu akan mengalami kekeringan, karena sifat dari pohon sawit yag menyerap banyak unsur hara dan air dalam tanah.

Demikian banyaknya dampak buruk dengan adanya perkebunan kelapa sawit. Lalu, pantaskah Kabupaten Lingga, yang merupakan daerah kepulauan dengan kondisi geografis dikelilingi lautan luas dibuka perkebunan sawit ribuan hektare?

(ruz)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews