Gas PGN: Menghemat Biaya Produksi, Pundi Keuntungan Makin Berisi

Gas PGN: Menghemat Biaya Produksi, Pundi Keuntungan Makin Berisi

Seorang petugas SPBG mengisi gas sebuah mobil yang menggunakan bahan bakar gas di Batam (Foto: Dyah/Batamnews)

Batam - Konsumen bahan bakar gas di beberapa tempat industri di Batam sangat terbantu dengan adanya pasokan gas yang mengalir hingga ke dapur. Jaringan dan fasilitas tersebut sudah cukup lama mereka nikmati.

Jaringan gas hingga ke para pelaku usaha restoran dan usaha kuliner serta rumah tangga tersebut dibangun PT PGN Tbk beberapa tahun lalu di Batam.

Penggunaan bahan bakar gas dinilai sangat membantu kinerja produksi 80 hingga 100 persen.

“Sangat terbantu sekali, hasil masakannya pun bagus,” ujar General Manager Ikan Bakar Cianjur, Muklis, kepada batamnews.co.id, belum lama ini.

Dia melanjutkan, selama ini tidak ada kendala yang berarti yang disebabkan oleh PGN terkait pasokan gas.

Hal senada juga disampaikan oleh Executive Restoran Sei Enam yang berada di Batam Center, Roy. Dia bahkan memberi nilai 100 persen atas terbantunya restorannya karena PGN.

Roy bercerita, dulu restoran Sei Enam pernah mencoba memakai gas melon, namun hanya sebentar karena lebih boros.

“Dalam seminggu bisa tiga kali kita beli, hasilnya pun kurang bagus,” kata dia.

Menggunakan gas PGN, lanjut Roy, sudah menghemat biaya produksi. Alhasil, keuntungan yang didapat juga semakin bertambah.

PGN juga telah menandatangani kontrak dengan tiga pelanggan baru, yaitu Restoran Harbour Bay, KFC Nagoya dan perusahaan roti Top Baker.

Selain restoran, sektor lain yang telah dijajaki PGN yakni ada 7 kawasan industri yang menjadi langganan PGN. Diantaranya Batamindo, Panbil Industrial Estate, Kawasan Industri Kabil, Kawasan Industri Latrade, Kawasan Industri Tunas I, Kawasan Industri Tunas II dan Kawasan Indsutri Hawai.

Beberapa benefit yang disorot pelaku industri antara lain, stabilitas pasokan, tarif kompetitif, serta kepastian harga. 

“Karena ada poin-poin kontrak yang mengaturnya,” ujar Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama.

Dengan acuan yang tetap, pelaku industri terhindar dari fluktuasi pasar sekaligus meniadakan risiko kelangkaan. 

“Ini penting buat pelaku industri, karena mereka secara jelas bisa menghitung anggaran belanja perusahaan dalam satu periode,” tambah Rachmat.

Selain itu, sebagaimana dialami Tomoe, konsumsi gas bumi dari PGN masih jauh lebih hemat dibandingkan bahan bakar lainnya. 

“Dalam rentang 1 tahun, perusahaan bisa menghemat hampir setengah dari biaya bahan bakar karena mengkonversi LPG,” katanya.

Penggunaan gas bumi tersebut lebih hemat , ramah lingkungan, dan aman karena minim risiko kebakaran. 

“Coba bandingkan dengan penggunaan batu bara, tidak ramah lingkungan, yang lain pasti boros dan mudah tersulut api, “ jelasnya.

Kontrak dengan Tomoe menambah konsumen industri yang menjadi mitra PGN pada tahun ini. Beberapa bulan lalu, terdapat 3 perusahaan industri besar yang juga meminta pasokan energi dari PGN.

Saat ini PGN telah menyalurkan sekitar 64 BBTU Gas untuk kebutuhan pembangkit di sejumlah daerah di Kepri. Salah satunya menyalurkan CNG kebutuhan PT Karimun Power Plant berkapasitas 16 Mega Watt di Kabupaten Karimun.

Selain itu juga dari segi transportasi, PGN telah memberikan kesempatan para pengguna transportasi seperti salah satu sopir taksi di Batam, Ismeth. 

"Saya ingin mencoba beralih dari premium menjadi gas alam, karena katanya lebih hemat dan ramah lingkungan," ujar Ismeth, seorang sopir taksi, di SPBG PGN, Batam Center, Selasa (12/12/2016). 

Ismeth mengaku kendaraannya kini dilengkapi converter kit di bagian bagasi mobilnya untuk mengonversi gas tersebut menjadi bahan bakar. 

Converter kit itu berkapasitas 15 liter LSP (Liter Setara Premium). 

Yani Suhaeb, Manager Operasional Gagas Energi, anak perusahaan PGN Group menjelaskan bahwa penggunaan gas alam sebagai bahan bakar lebih terukur dan tidak menimbulkan polusi udara akibat proses pembakaran. 

"Jadi ini sangat hemat, dari sisi harga saja, gas alam (CNG, Compressed Natural Gas) sebesar Rp 4.500/LSP, tidak ada karbon yang dihasilkan akibat pembakaran, dari segi pemakaian juga terbilang hemat, jdi perbandingannya untuk 1 liter bahan bakar bisa menempuh perjalanan 10 kilometer namun untuk Gas Alam ini bisa 11 kilometer jadi bisa menghemat 10-11 persen dari segi pemakaian," ujar Yani Suhaeb.

Batam masih memiliki satu Satu Pengisian Bahan Bakar (SPBG) yang letaknya di Batam Centre, Amin menjelaskan bahwa kemampuan SPBG tersebut bisa mengisi 480 kendaraan jadi masih memungkinkan untuk mengisi bahan bakar gas. 

"Kalau habis di tengah jalan bisa bertukar ke BBM, area Batam masih mudah untuk dijangkau jadi satu SPBG masih dapat mencakup kendaraan di Batam, jadi tidak perlu takut," ujar Amin.

Total tahun ini, PGN menyerahkan sebanyak 2.021 konverter kit di 12 lokasi SPBG dan MRU di beberapa wilayah di Indonesia.

Untuk sektor rumah tangga, Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Dilo Seno Widagdo mengatakan, total pipa yang dibangun untuk mengalirkan gas bumi ke 4.003 rumah tangga di Batam mencapai lebih dari 55 km yang tersebar di 16 perumahan. Dibangun sejak 2016, dana pembangunan proyek sambungan gas rumah tangga ini dibiayai dari APBN.

Hingga saat ini, pipa gas bumi yang dimiliki dan dioperasikan PGN di Batam sepanjang 223,57 km. Selain jargas, PGN juga telah membangun pipa distribusi di kawasan Nagoya sepanjang 18,3 km.

Di Batam, PGN sampai saat ini telah memasok gas bumi ke 4.809 pelanggan dengan rincian,  43 industri besar, 65 pelanggan komersial seperti restoran hingga hotel, serta 4701 rumah tangga.

Salah seorang warga Perumahan Sentosa Perdana yang telah beralih ke jargas, Dila mengatakan bahwa setelah memakai jargas, Ia bisa hemat uang belanja sampai dengan Rp 50 ribu. 

"Kalau masih pakai gas elpiji, dalam sebulan saya bisa tiga kali ganti, lagipula pakai gas elpiji itu repot karena harus isi ulang," ujar Dila. 

Sedangkan dari sisi pertumbuhan ekonomi di Kepri, Batam memberikan kontribusi yang besar. Hasilnya pertumbuhan ekonomi Kepri semakin baik, hal ini berdasarkan data yang dihimpun oleh Bank Indonesia (BI) perwakilan Kepri. Pada triwulan I 2018, tercatat tumbuh 4,47 persen. 

Dan pada triwulan II tercatat 4,51 persen. Lebih baik dari periode sebelumnya yang hanya bisa tumbuh 1,06 persen. 

Sementara itu, Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan bahwa pihaknya terus mengupayakan pembangunan jargas sebesar 1 juta sambungan rumah (SR) sesuai Peraturan Presiden (Perpres). 

"Tahun 2019 kita targetkan 200 ribu SR, diprioritaskan bagi kota ataupun kabupaten yang sudah memiliki perencanaan, sementara ini Kota Batam belum termasuk prioritas karena belum menyerahkan perencanaan," ujar Gigih beberapa waktu lalu di Batam. 

Namun ia mengakui Batam masih memiliki kesempatan, jika segera menyerahkan perencanaan. Walupun, saat ini sudah ada 15 ribu SR. 

"15 ribu ini kan belum selesai, proses tinggal sk (sambungan kompor),  progres 70 -80 persen diperkirakan akhir Desember 2018 sudah selesai, jaringan diserah terima awal 2019," katanya. 

Wali Kota Batam, HM Rudi tetap mengupayakan agar Kota Batam dapat kuota jargas dari PGN. Ia juga sudah bertemu dengan pihak PGN area Batam. 

"Tetap harus ada, sudah kami komunikasikan," ujar Rudi, Sabtu (15/12/2018).

(ret)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews