Namira Prastini, Chef Muda yang Tak Mau Berhenti Belajar

Namira Prastini, Chef Muda yang Tak Mau Berhenti Belajar

Namira Prastini, chef muda andalan Fotosintesa Cafe. (Foto: Yogi/batamnews).

Batam - Menjadi chef bukanlah cita-cita mayoritas anak muda. Namun demikian, masih ada segelintir anak muda yang menekuni profesi ini, salah satunya Namira Prastini.

Namira adalah sosok yang cerdas dan bergairah dalam menjalankan profesinya. Dia mulai menekuni profesi chef ini di usia yang sangat muda, 23 tahun.

Lahir di Bekasi, 8 Mei 1995, gadis ini menghabiskan masa kecilnya di Kuwait, Timur Tengah. Selesai SMA di International Academy of Kuwait, ia melanjutkan kuliah di Indonesia, tepatnya jurusan Perhotelan di  Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta pada tahun 2012. 

Di Trisakti, ia mendapatkan beasiswa dual degree program di 3 negara (Indonesia, Thailand dan Switzerland). Kesempatan itu ia gunakan untuk lebih fokus ke bidang kuliner, dunia yang sudah diminatinya sejak kecil. 

Karier pertama Namira Prastini dimulai saat magang di The Dharmawangsa Hotel, Jakarta. Pertama kali terjun di dunia perhotelan, Namira pun terkejut begitu banyak yang ia pelajari di Dharmawangsa di beberapa department. 

Berakhir magang 6 bulan, Namira pindah ke Thailand belajar di Burapha International College, Thailand dan dapat kerja di Le Meridien koh Samui, Resort and Spa. Ia mencoba untuk pindah department di service karena ia pengen tahu bagaimana cara untuk melayani tamu.

Cukup 4 bulan di bidang service, Namira pindah ke bidang pastry, tetap jiwanya ada di kitchen yang tidak bisa dilepas. Di akhir semester Namira pindah lagi ke Switzerland selama 1 tahun untuk menekuni bidang kulinernya di International Mangment Institute, Switzerland (IMI). Lulus di tahun 2017 Namira memulai bekerja di The Chedi, Andermatt (Switzerland).

Namira adalah gadis yang penuh petualangan dan suka jalan-jalan. “Saya orangnya bosanan, pengen tahu lebih banyak di bidang masak tidak mau di situ-situ saja” katanya.

Ia memutuskan untuk balik ke tanah air Indonesia untuk mencari ilmu lebih banyak dan membuka bisnis kecil online brownies yaitu Les Soeurs sejak tahun 2014.

“Bisa dibilang dulu saya adalah orang pertama yang bikin brownies unik unik kayak Nutella brownies dan red velvet cream cheese dll, sempat saya off karena saya harus fokus kuliah dan pas saya balik barulah brownies unik unik muncul di media dan saya memutuskan untuk berhenti," kata dia. 

Namira orang yang sangat antimainstream tidak suka ikut tren.“Itu hanya bertahan berapa lama saja, habis itu hilang trennya,” imbuhnya. 

Tidak lama di tahun 2018 Namira dapat tawaran di Batam untuk menjadi Executive Chef (Head Chef) di Fotosintesa, Batam Center di mana konsep restoran ini adalah Plant Based Food (makanan nabati). 

Namira sudah lama ingin terjun ke bidang ini tapi belum kesempatan untuk belajar dan akhirnya dapat mewujudkan mimpinya untuk bekerja di restoran berkonsep plant based. 

“Saya pelajari kalo plant based food mulai membesar dan banyak manfat ilmu dan untuk kesehatan badan kita,” ujar dia.

Namira tertarik untuk terjun di bidang plant based food karena terinspirasi dari sahabatnya di Kanada. 

"Sahabat saya dari Canada adalah vegetarian, saya mulai mengikuti gaya hidup, cara makannya dan saya merasa lebih enak dan sehat badan. Dari situ lah saya mau tahu gimana cara memasak tanpa hewani,” kata dia.

Di Fotosintesa Cafe, ilmu Namira semakin terasah. Olahan makanan vegan terus dia kembangkan.

Menurut dia, vegan merupakan menu masakan yang sehat dan di atas vegetarian.

Semua bahan yang biasa menggunakan daging, diganti dengan tumbuhan. Seperti sate lilit daging diganti tempe. "Rasanya hampir sama seperti sate lilit beneran," kata Namira.

Bahkan beberapa sate lainnya seperti sate bacem. Terbuat dari campuran tempe, tahu dan jamur.

Ia mengatakan, kalau masakan vegetarian mengandung banyak minyak. Ada juga menggunakan daging palsu. 

Pemasakan bahan makanan tidak secara dimasak. Karena makanan yang melalui proses dimasak menggunakan api akan menghancurkan vitamin. 

Sedangan untuk minuman, Namira lebih mengedepankan tumbuhan. Bahkan untuk penggunaan gula pasir tidak diperlukan. "Gula kita ganti dengan kurma," imbuh Namira.

Pasalnya, gula jika dikonsumsi akan menyisakan serak di tenggorokan. Minuman spesial dan menjadi kesukaan konsumen di Fotosintesa Cafe adalah Elixir Juice.

Gadis muda ini mempunyai mimpi yang sangat tinggi dan besar untuk mengusai ilmu chef secara keseluruhan. Impian terbesar Namira adalah memiliki usaha kuliner sendiri.

(tan)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews