Sandiaga Uno Diusir Warga Sumut, Erick Thohir: Seperti Sinetron TV

Sandiaga Uno Diusir Warga Sumut, Erick Thohir: Seperti Sinetron TV

Sandiaga Uno kunjungi pasar kota pinang (Foto: merdeka.com)

Jakarta - Erick Thohir menyinggung tagar SandiwaraUno yang ramai diperbincangan di jejaring soal Twitter. Tagar tersebut muncul menyusul dugaan adanya rekayasa penolakan cawapres Sandiaga Uno di pasar di Sumatera Utara.

Sebuah video viral menampilkan tim media Sandiaga mencegah poster penolakan tersebut diturunkan. Dari situ Erick mengingatkan, seharusnya Pemilu tidak diisi sandiwara layaknya sinetron. Sebab, dia menilai kejadian itu bagian dari rekayasa.

"Kemarin juga ada isu di Sumut poster, ternyata yang pasang grupnya sendiri, ini kan gimana. Kita mesti bedain Pemilu sama sinetron, mesti kita bedain," kata Erick di Hotel Acacia, Jakarta Pusat, Kamis (13/12).

Menurut Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf ini, masyarakat perlu diberikan pemimpin yang layak untuk memajukan bangsa. Bukan sebaliknya malah menampilkan sandiwara ala sinetron televisi.

"Pemilih ini memilih pimpinan yang memang bisa memajukan bangsa Indonesia, yang bisa membuat bangsa kita bersih dari korupsi, sejahtera keadilan untuk semua. Bukan yang sandiwara atau sinetron, kalau itu di tv saja kita nonton," kata dia.

Erick belum tahu langkah yang bakal mengambil selanjutnya menanggapi tuduhan pengusiran Sandiaga Uno. Dia belum koordinasi dengan Direktorat Hukum.

"Saya enggak tahu, dari divisi hukum yang akan laporkan saya juga masih pelajari," ucapnya.

Sebelumnya, Cawapres Sandiaga Salahuddin Uno mengunjungi Pasar Kota Pinang, Labuan Batu Selatan, Sumatera Utara, Selasa (11/12). Namun saat Sandi tiba, terpampang poster karton berwarna putih bertuliskan: 'Pak Sandiaga Uno Sejak Kecil Kami Sudah Bersahabat Jangan Pisahkan Kami Gara-gara Pilpres Pulanglah'.

Melihat itu, Sandiaga yang tersenyum lebar dan menanggapi santai. "Jadi saya pulang aja nih?" tanya Sandi.

Lantas, Sandiaga memasuki lapak yang menggantung poster tersebut dan mencoba mencari orang yang memasangnya. Si pemasang poster bernama Drijon Sihotang.

"Bapak memasangnya sendiri? Kami sejak awal selalu ingin menciptakan kampanye yang sejuk, tidak memecah belah. Kampanye berpelukan Pak Drijon. Tidak ada upaya memecah belah," ucap Sandi kepada Drijon yang hanya terdiam.

Di kesempatan itu, istri Drijon justru langsung mengakui bahwa ada pihak yang membayarnya supaya poster tersebut dipasang. "Kami dibayar pak untuk pasang poster itu," kata istrinya yang berjualan di sana.

Drijon pun membantahnya. "Tidak pak, itu aspirasi kami," kata Drijon.

(aiy)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews