Jembatan Babin Jadi Pengungkit Ekonomi Baru Kepri

Jembatan Babin Jadi Pengungkit Ekonomi Baru Kepri

Penasehat Ekonomi Gubernur Kepri Johannes Kennedy Aritonang.

Batam - Pembangunan Jembatan Batam-Bintan (Babin) dipercaya akan menjadi salah satu pengungkit ekonomi Kepri. Jembatan ini diperkirakan akan membawa manfaat sosial dan ekonomi.

“Tak cuma memperlancar arus orang dan barang dari Batam ke Bintan, tapi Jembatan ini juga akan membuat pemerataan ekonomi dari Batam menuju Bintan,” ujar Penasehat Ekonomi Gubernur Kepri Johannes Kennedy Aritonang, beberapa waktu lalu.

Jembatan Babin merupakan salah satu dari 7 proyek strategi nasional. Jembatan sepanjang 7 kilometer itu dibagi menjadi 3 bagian. Tanjung Kasam (Batam)-Tanjung Sauh sepanjang 2 kilometer, Tanjung Sauh-Pulau Ngenang sepanjang 400 meter, Pulau Ngenang-Bintan sepanjang 5 kilometer.

Menurutnya, investasi pemerintah di Jembatan Babin akan membawa dampak sosial ekonomi yang besar bagi Kepri. Salah satunya adalah terciptanya pasar bersama yang cukup besar. Saat ini Bintan memiliki sekitar 500 ribu penduduk, sementara Batam memiliki sekitar 1,3 juta penduduk. 

“Diperkirakan industri, perdagangan, pariwisata dan aktivitas ekonomi lainnya akan tumbuh pesat dengan hadirnya jembatan tersebut,” kata dia. 

Dia memperkirakan populasi Batam dan Bintan akan tumbuh hingga 3 juta orang. Populasi yang cukup besar tersebut tentu akan merupakan potensi pasar yang besar, juga ketersediaan tenaga kerja yang juga besar. 

“Karena tercipta pasar yang besar, maka aktifitas ekonomi akan lebih baik. Jembatan Batam Bintan bsia menjadi pengungkit ekonomi Kepri,” jelasnya.

Pembangunan jembatan dengan investasi Rp 4 triliun ini juga akan mendukung pengembangan sektor pariwista. Wisatawan akan punya waktu menjelajah sejumlah destinasi di Batam, Bintan dan Tanjungpinang dengan biaya murah dan waktu yang lebih cepat.

Selain itu, Jembatan Babin memungkinkan adanya kerjasama pengembangan bersama kawasan-kawasan FTZ yang ada di Bintan dan Tanjung Pinang. Selama ini pengembangan wilayah FTZ di kedua kawasan tersebut tak semaju Batam.

“Karena konektivitasnya sudah ada, mobilitas ekonomi juga akan lebih baik. Kita bisa bekerjasama mengembangkan kawasan-kawasan yang ada di Bintan dan Tanjungpinang. Sehingga pemerataan ekonomi akan terjadi,” kata dia.

Selain itu manfaat lainnya berupa ditribusi air bersih dari Bintan ke Batam. Menurutnya ketersediaan air bersih di Batam yang terbatas sehingga membutuhkan pasokan tambahan dari luar. Terutama jika populasi Batam sudah lebih dari 1,5 juta jiwa.

Pembangunan jembatan Bintan dan Batam akan mulai dikerjakan tahun 2019 mendatang. Pembangunannya diproyeksi selesai dalam 2 tahun.

Ia juga menambahkan bahwa desain Jjembatan ini telah dibuat sejak 2005 silam. Namun dengan mempertimbangkan pembaharuan teknologi dan kondisi terkini, evaluasi desain tahun 2005 kini dipercayakan kepada LAPI ITB. Dari hasil evaluasi tersebut diketahui, biaya pembangunan jembatan menyusut dari Rp 7 triliun menjadi di bawah Rp 4 triliun.

Menurut Jhon, sudah ada 4 perusahaan asal Tiongkok yang tertarik membangun jembatan tersebut. Namun hingga hari ini pemerintah masih harus mencari pola kerjasama yang menguntungkan, terutama untuk melindungi kepentingan nasional.

“Sepertinya akan meniru pola pembiayaan jembatan Suramadu. Skema kerjasamanya sepeti KPBU, tapi dengan kontribusi pembiayaan oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Jawa Timur dan swasta. Jadi ada 3 mata pembiayaan,” ujarnya.

(ret)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews