6 Penyebab Negara Kaya Venezuela Bisa Bangkrut

6 Penyebab Negara Kaya Venezuela Bisa Bangkrut

Caracas - Kondisi Venezuela sedang terpuruk. Bahkan warga-warganya lebih memilih tinggal di negara lain, termasuk Kolombia. Menurut Badan Migrasi Kolombia, ada lebih dari satu juta warga Venezuela yang menyebrang perbatasan memasuki Kolombia awal tahun ini. 

Sisanya pindah ke negara lain. Mereka yang menyeberangi perbatasan itu kebanyakan pergi ke Ekuador, Peru, Chili, Amerika dan Meksiko.

Menurut data dari PBB, tiap hari sekitar 5.000 orang Venezuela meninggalkan negara mereka dengan harapan memperoleh masa depan yang lebih baik di negara lain. Namun Presiden Venezuela Nicolas Maduro membantah angka tersebut dan meminta badan internasional itu memperbaiki kembali.

Lalu apa saja penyebab Venezuela makin terpuruk?

1. Turunnya ekspor minyak

Menurut Bloomberg, produksi minyak makin menurun hingga 100.000 barel per hari pada bulan Februari. Universitas Pusat Venezuela mengatakan produksi minyak ini mencapai titik terendah dalam 70 tahun terakhir.

Padahal sebagian besar cadangan minyak di Venezuela punya andil hampir 25 persen dari semua minyak mentah yang dikendalikan oleh produsen terbesar dunia. Minyak mentah ini perlu diencerkan dengan minyak yang lebih ringan untuk menjadi produk yang dapat dijual secara komersial.

Pada 2016, dengan kegagalan industri sendiri, Venezuela mengimpor pengencer minyak untuk pertama kalinya dalam sejarahnya. Dalam dua tahun sejak itu, impor makin sering hingga sebanyak 200.000 barel per hari.

Menurut Francisco Monaldi, rekan dalam kebijakan energi Amerika Latin di Rice University di Texas, Venezuela mengimpor minyak dari Amerika Serikat.

2. Terlilit utang

Krisis Venezuela juga karena terlilit utang. Menurut Bank Sentral Venezuela, utang luar negeri negara Venezuela pada tahun 2014 meliputi utang publik Venezuela. Utang ini mewakili 55 persen dari semuanya dan apa yang terutang dalam bentuk obligasi utang domestik dan luar negeri, tagihan treasury dan pinjaman bank.

Kemudian utang keuangan PDVSA sebanyak 21 persen. Utang luar negeri sebanyak 15 persen melalui pembiayaan diperoleh melalui dana China.

Lalu utang CADIVI sebanyak 9 persen. Ini adalah utang non-keuangan CADIVI (mata uang untuk impor, dividen, pendapatan dan jasa secara umum).

Pada bulan November 2017, The Economist memperkirakan utang Venezuela mencapai USD 105 miliar dan cadangannya sebesar USD 10 miliar

3. Salah Kebijakan Ekonomi

Kekurangan di Venezuela muncul sejak pemberlakuan kontrol harga dan kebijakan lain selama kebijakan ekonomi pemerintah Hugo Chavez. Kekurangan makin parah di bawah kebijakan ekonomi pemerintah Nicols Maduro.

Kebijakannya Maduro saat itu menahan dolar Amerika Serikat dari importir dengan kontrol harga. Kekurangan terjadi pada produk yang diregulasi, seperti susu, berbagai jenis daging, ayam, kopi, beras, minyak, tepung terigu, harga mentega, dan juga kebutuhan dasar seperti kertas toilet, produk kebersihan pribadi dan obat-obatan.

Sebagai akibat dari kekurangan ini, warga Venezuela harus mencari makanan. Mereka harus menunggu antrean berjam-jam untuk bisa mendapat makanan.

4. Inflasi Naik Tajam

Inflasi di Venezuela tetap tinggi sejak kepresidenan Chavez dan menjelang akhir masa jabatannya. Tingkat inflasi pada tahun 2014 mencapai 69 persen dan merupakan yang tertinggi di dunia.

Angka tersebut kemudian meningkat menjadi 181 persen pada tahun 2015, 800 persen pada tahun 2016, 4.000 persen pada tahun 2017 dan 833,997 persen pada Oktober 2018. Pada November 2016, Venezuela memasuki periode hiperinflasi. 

Pada Agustus 2018, Presiden Maduro mengumumkan akan mengeluarkan mata uang baru, Bolvar Berdaulat. Artinya satu juta Bolivar lama sama dihargai dengan 10 Bolivar baru. Cara ini untuk melawan hiperinflasi. Utang baru muncul lagi ke negara itu pada 20 Agustus 2018. 

5. Bisnis dan Industri

Krisis Venezuela juga berimbas pada sektor bisnis dan industri, salah satunya maskapai penerbangan internasional. Maskapai tersebut kesulitan melakukan penerbangan normal ke dan dari Venezuela. Alhasil banyak maskapai penerbangan yang meninggalkan negara itu. 

Menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), Pemerintah Venezuela menahan 3,8 miliar dolar dari maskapai penerbangan. Sebagai akibatnya, negara kehilangan peluang bisnis, memperparah krisis.

6. Korupsi

Menurut Indeks Persepsi Korupsi Transparency International (TNI), korupsi di Venezuela sangat tinggi. Awal kemunculan korupsi di Venezuela adalah minyak. Transparency International saat ini menempatkan Venezuela di antara 20 negara terkorup di dunia. 

Sebuah jajak pendapat Gallup 2014 menemukan bahwa 75 persen rakyat Venezuela percaya bahwa korupsi menyebar di seluruh pemerintah Venezuela. Negara itu dulunya adalah negara yang kaya di Amerika Latin, tetapi sistem yang korup bersama dengan jatuhnya harga minyak mendorong negara itu ke dalam krisis politik dan ekonomi.

(pkd)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews