Venezuela, Negara Kaya Minyak yang Kini Jadi Melarat

Venezuela, Negara Kaya Minyak yang Kini Jadi Melarat

Salah satu sudut Kota Caracas, Venezuela yang sepi setelah krisis ekonomi mendera negara itu.

Caracas - Venezuela merupakan salah satu negara yang kaya akan hasil minyaknya. Negara itu terbukti memiliki cadangan minyak terbesar di dunia.

Namun justru kekayaan ini yang menjadi akar kebanyakan masalah ekonominya. Sebanyak 95 persen pemasukan Venezuela dari ekspor. Ini berarti ketika harga minyak tinggi, banyak uang yang mengalir ke pemasukan pemerintah Venezuela.

Namun saat harga minyak anjlok pada tahun 2014, maka seluruh program penting pemerintah terpaksa dihentikan. Ditambah lagi ratusan ribu warga Venezuela meninggalkan negaranya.
 
Venezuela semakin kekurangan penduduk berkualitas dan masa depan menjadi suram. Seperti dikutip merdeka.com dari berbagai sumber, berikut fakta tentang Venezuela, negara kaya minyak yang kini jadi melarat:

1. Warganya bisa cetak uang sendiri

Kondisi inflasi yang semakin parah di Venezuela membuat bank sentral di negara itu kewalahan untuk selalu mencetak uang tunai. Demi mengatasi masalah tersebut, sebagian warga Venezuela akhirnya memutuskan untuk mencetak mata uang sendiri.

Komunitas yang dikenal dengan nama El Panal 2021 sudah mulai mencetak uang dengan nominal 5.000 bolivar atau setara USD 5 atau Rp 731,887. Uang hasil cetakannya dinamakan panal dan bisa didapat di tempat penukaran mata uang pasar gelap.

"Ini rumit untuk membeli produk karena kita tidak memiliki uang tunai di komunitas kita, jadi kami memutuskan untuk meningkatkan ekonomi dengan mencetak uang sendiri," tutur pemimpin komunitas El Panal 2021 Jose Lugo.

Mata uang yang baru dicetak itu bisa digunakan untuk membeli nasi dan berbagai sayuran dan buah-buahan oleh anggota komunitas. El Panal 2021 juga berharap nantinya uang tersebut bisa digunakan untuk membeli produk yang lebih beragam.

2. Harga ayam juga naik

Karena kiris makin parah dan harga kebutuhan makin mahal, warga sampai harus belanja dengan segepok uang. Contohnya, saat ini, satu ekor daging ayam seberat sekitar 2,4 kilogram dijual dengan harga 14 juta bolivar, atau jika dikonversikan ke dalam rupiah, setara dengan Rp 32.000 per ekor.

Masalahnya muncul ketika pasokan uang kertas dalam ekonomi melebihi permintaan barang dan jasa, menyebabkan nilai mata uang jatuh. Ini terjadi ketika pemerintah menciptakan uang baru untuk membiayai pengeluaran di atas pendapatan mereka dari pajak.

3. Presiden kesulitan bayar utang

Pemerintah Maduro terus kehabisan uang untuk pembayaran utang. Venezuela berutang hampir USD 5 miliar untuk sisa tahun ini. "Kemampuan negara untuk membayar utang makin lemah," ucap Ekonom Capital Economics Amerika Latin, Edward Glossop.

Edward khawatir Venezuela tak akan mampu membayar utang tahun ini. Sebab, parahnya kondisi keuangan berdampak pada negara yang menderita kekurangan makanan, obat-obatan dan kebutuhan lainnya. Pemerintah harus memilih apakah menggunakan uang antara impor atau membayar utang.

Selain itu, cadangan devisa Venezuela banyak disimpan dalam bentuk emas, di mana nilainya bisa terus berubah mengikuti harga pasar.

4. Krisis makin parah, para orang tua titip anak

Karena krisis parah, para orang tua terpaksa menyerahkan anaknya ke panti asuhan. Hal ini dilakukan karena beberapa dari warga Venezuela sudah tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan hidup sang anak, seperti memberi makan, menyuplai obat-obatan, memberi susu formula, dan membeli popok.

Belum ada jumlah pasti berapa banyak orang tua yang terpaksa menyerahkan anak mereka ke panti asuhan. Namun, wawancara Washington Post dengan salah satu pengurus panti asuhan mengatakan, jumlah anak-anak Venezuela yang diserahkan sudah mencapai ratusan di seluruh penjuru negeri.

(pkd)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews