Saking Tak Bernilai, Duit Venezuela Dijadikan Tas Anyaman

Saking Tak Bernilai, Duit Venezuela Dijadikan Tas Anyaman

Anyaman tas dari duit karya seniman Venezuela, Eddison Infante. (Foto: Dylan Baddour via BBC).

Caracas - Hiperinflasi terus mengguncang ekonomi Venezuela sehingga mata uang Bolivar sama sekali tak berharga. Namun, di tangan seniman, uang kertas ini justru menjadi peluang bisnis.

Namanya, Edison Infante. Pria berusia 23 tahun itu telah menyulap mata uang Bolivar menjadi tas dan dompet anyaman.

Ditemui di sudut jalan Kota Cucuta yang terletak di perbatasan Kolombia—680 kilometer dari ibu kota Venezuela, Caracas—Infante menjual tas yang terdiri dari ribuan uang kertas Bolivar seharga US$7 (Rp106.000) hingga US$15 (Rp228.000).

Uang sebanyak itu, menurut Infante, cukup membuat dapur keluarganya mengebul di Venezuela selama setidaknya dua pekan.

Para seniman, termasuk Infante, membeli tumpukan uang kertas itu untuk menjadi bahan anyaman. Satu tumpuk uang kertas dihargai US$1 atau Rp15.217—melampaui nilai sebenarnya.

Jorge Cardero, pembuat tas uang anyaman lainnya, duduk di antara tumpukan uang yang baru dibelinya. Saat baru mulai membuat tas berbahan dasar uang, dia memakai uang kertas dua hingga lima Bolivar.

"Kami tidak pernah membayangkan bakal menggunakan uang pecahan 5.000," ujarnya.

Cordero mengaku belajar melipat-lipat kertas menjadi anyaman saat dipenjara di Venezuela.

Kala itu, dia menggunakan bahan tidak terpakai, seperti kertas majalah, pembungkus permen, atau pembungkus makanan.

Uang kertas yang dipakainya membuat tas jauh lebih bagus, katanya. Sebab, uang kertas tahan air, mulus, dan kuat.

Bagi Infante, tas anyaman dari uang kertas Bolivar merupakan berkah pada masa kelam.

Berkat tas-tas tersebut dia bisa hidup relatif nyaman ketimbang sejumlah warga Venezuela yang harus menyambung hidup dengan menjual permen atau menjadi kuli.

Hanya dengan menjual satu tas per hari, Infante dapat makan. Pernah dua kali, warga dari Bogota datang dan membeli tas anyamannya dalam jumlah banyak untuk dijual lagi di ibu kota Kolombia itu.

Orang Amerika dan Italia juga datang untuk mendapatkan tas anyaman buatan Infante.

Infante berharap hasil kerajinan tangannya dapat mengeluarkan dia dari kawasan perbatasan ke kota besar, seperti Bogota di Kolombia atau Lima di Peru sehingga dia bisa mendapatkan uang lebih banyak.

Namun, harapan terbesarnya, menurutnya, adalah suatu saat bisa kembali ke Venezuela yang damai.

(*)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews