4 Perusahaan Besar Mendadak Bangkrut, Ini Penyebabnya

4 Perusahaan Besar Mendadak Bangkrut, Ini Penyebabnya

Jakarta - Pada masa kejayaannya, beberapa perusahaan ini mampu merajai pasar Indonesia. Hal ini lantaran produk yang dihasilkan dapat menarik perhatian konsumen.

Akan tetapi seiring berjalannya waktu, perusahaan-perusahaan itu tak bisa mempertahankan kejayaannya. Mereka tiba-tiba mengalami kebangkrutan yang tak pernah terduga. Apa penyebabnya? Berikut rangkumannya:

1. PT Sariwangi pailit, gagal bayar utang

Kabar mengejutkan datang dari PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) dan PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung (MPISW) yang dinyatakan pailit. Perusahaan teh ini bangkrut lantaran terlilit utang total Rp 1,5 triliun kepada sejumlah bank.

Perusahaan tersebut tak bisa bayar utang karena gagal saat investasi untuk meningkatkan produksi perkebunan. PT SAEA dan MPISW mengeluarkan uang sangat besar untuk mengembangkan teknologi air, tapi hasilnya tak sesuai harapan. Akibatnya pembayaran cicilan utang macet dan sejumlah bank mengajukan tagihan namun tak mampu dibayar.

"Sariwangi tidak pernah membayar cicilan dan tidak pernah hadir di persidangan. Kalau Indorub datang di sidang dan dia melanggar perjanjian karena telat membayar cicilan setahun lebih," ujar Kuasa Hukum Bank ICBC Indonesia, Swandy Halim dari Kantor Hukum Swandy Halim & Partners.

2. Nyonya Meneer terlilit utang Rp 267 miliar

Salah satu perusahaan jamu terbesar di Indonesia yaitu PT Nyonya Meneer menutup pabriknya di Semarang. Nyonya Meneer bangkrut lantaran tak mampu membayar utang sebesar Rp 267 miliar kepada sejumlah kreditur.

Selain terlilit utang, PT Nyonya Meneer sebelumnya juga pernah mengalami krisis operasional cukup panjang. Dari tahun 1984 hingga 2000, internal perusahaan terus digoyang oleh sengketa perebutan kekuasaan antarkeluarga.

3. 7-Eleven (Sevel), besar biaya operasional

PT Modern Internasional Tbk (MDRN) melalui anak usahanya PT Modern Sevel Indonesia memutuskan untuk menutup kegiatan usahanya gerai 7-Eleven (Sevel) per 30 Juni 2017. 7-Eleven tutup setelah menjadi salah satu tempat nongkrong favorit anak muda Jakarta. Tutupnya 7-Eleven sendiri ditengarai karena beberapa sebab. Salah satunya besarnya biaya operasi.

"Mungkin ini biaya operasional biaya sewa dan biaya infrastruktur dan sarana soalnya kan biayanya sebagian besar utang kalau dari sisi bisnisnya sih bagus mereknya cukup kuat," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat.

4. Kodak, lambat berinovasi

Kebangkrutan perusahaan juga dialami oleh Kodak. Perusahaan yang pertama kali menemukan film gulung dan fotografi itu bangkrut karena lambat berinovasi. 

Kodak tidak menciptakan produk baru, dia bertahan dengan kamera sederhananya. Sementara perusahaan kamera lain berinovasi dengan menciptakan kamera digital.

Keterlambatan tersebut kemudian menjadi kemelut di kubu perusahaan Kodak hingga akhirnya Kodak bangkrut pada 2012 lalu.

(pkd)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews