4 Hasil Penyelidikan Sementara Jatuhnya Lion Air

4 Hasil Penyelidikan Sementara Jatuhnya Lion Air

KNKT bersama NTSB dan Boeing memeriksa puing Lion Air.

Jakarta - Pencarian bangkai Pesawat Lion Air JT610 masih terus berlanjut sampai saat ini. Pesawat tujuan Jakarta-Pangkal Pinang ini jatuh di Perairan Karawang pada Senin (29/10) pagi. Penyebab jatuhnya masih dalam penyelidikan.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sedang melakukan penyelidikan jatuhnya Lion Air JT610 tersebut. Pada tahap awal, KNKT menemukan beberapa hal, berikut temuan itu:

 

1. Mesin pesawat masih hidup saat jatuh ke laut

KNKT menemukan petunjuk keadaan mesin pesawat sesaat sebelum jatuh ke laut. Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan mesin pesawat masih dalam keadaan hidup saat jatuh ke laut. "Mesin dalam keadaan hidup dengan putaran yang cukup tinggi saat menyentuh air," ujar Soerjanto.

Penemuan ini terungkap saat bagian mesin Lion Air ditemukan Tim SAR dan diinvestigasi oleh KNKT. "Temuan bagian mesin menunjukkan kedua mesin dalam keadaan hidup dengan RPM tinggi. Mesin berputar tinggi saat menyentuh air," kata dia.

 

2. Pesawat hancur saat menyentuh air

Bukan meledak di udara, Lion Air JT610 hancur saat jatuh dan menyentuh air laut. Menurut Soerjanto, jika pesawat meledak sebelum jatuh ke air, serpihan pecahannya akan tersebar luas. 

"Kalau meledak sebelum jatuh ke air, serpihan pecahannya luas. Pesawat mengalami pecah ketika bersentuhan dengan air, ketika impact terhadap air, dan pesawat tidak pecah di udara," kata Soerjanto.


3. Jumlah jam terbang pesawat terungkap

Soerjanto mengatakan sebagian isi dari kotak hitam FDR ini sudah dipaparkan. Isinya tentang jam terbang pesawat tersebut. "Ini kita ambil dari data black box berisi 69 jam penerbangan dan parameternya 1.900 parameter yang direkam," kata dia. 

Data tersebut memperlihatkan pergerakan pesawat Boeing 737 MAX 8 dengan kode registrasi PK-LQP itu di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng pada Senin 29 Oktober 2018 pagi. Dimulai dari pergerakan pesawat Lion Air itu di tempat parkir menuju ke landasan 25.

"Kemudian take off belok kiri, kemudian terus mengarah ke tenggara. Dan akhir penerbangan tercatat di FDR adalah seperti di gambar. Rekaman FDR berakhir pada pukul 23.31 tanggal 28 Oktober UTC Time atau Waktu Indonesia Barat 29 Oktober pada pukul 6.31 detik 54," kata Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo.


4. Ada kerusakan air speed indicator

Hasil investigasi KNKT terungkap, sebelum hilang kontak dan jatuh, pesawat bernomor register PK-LQP itu sudah mengalami kerusakan pada empat penerbangan terakhir, termasuk rute Jakarta-Pangkalpinang. Menurut Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono, temuan itu terungkap dari flight data recorder (FDR) pesawat yang telah ditemukan.

Pada empat penerbangan terakhir ditemukan kerusakan pada penunjuk kecepatan di pesawat atau air speed indicator. "Jadi pada empat penerbangan terakhir ditemukan kerusakan pada istilahnya air speed indicator," ujar Soerjanto.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews