Heboh Kasus Penculikan Anak, Ini 8 Cara untuk Melindungi Anak

Heboh Kasus Penculikan Anak, Ini 8 Cara untuk Melindungi Anak

Ilustrasi. (Foto: Netz.id).

Batam - Beberapa waktu terakhir, upaya penculikan terhadap anak di Batam kembali menghiasi pemberitaan. Terakhir, adalah dugaan penculikan bayi yang terjadi di Botania Garden, Batam Kota pada Sabtu (3/11/2018).

Menyikapi hal ini, para orangtua harus lebih jeli dalam mengawasi anak-anak. Dari berbagai kasus penculikan yang terjadi tersebut, kalau diamati, ternyata yang menjadi korbannya seringkali adalah anak-anak usia balita. 

Beberapa hal yang bisa menjadi penyebabnya adalah karena sifat dasar mereka yang pada umumnya tidak memiliki prasangka buruk, mudah dibujuk atau dimanipulasi, serta masih memiliki banyak keterbatasan dalam hal kekuatan fisik, logika berfikir dan keberanian.

Baca: Diduga Mau Culik Bocah, Perempuan Ini Mendadak Pura-pura Gila

Kalau diteliti lebih lanjut, ternyata ada berbagai motif yang bisa melatarbelakangi terjadi penculikan ini, misalnya motif ekonomi, perebutan hak asuh anak, kelainan prilaku, balas dendam, sosial, politik, dsb.

Akibat kerugian yang bisa dialami oleh korban maupun keluarganya dari musibah ini bisa bermacam-macam, seperti kehilangan materi, gangguan fisik, gangguan psikologis sampai kehilangan nyawa salah satu anggota keluarga.

Bayangkan bagaimana sedihnya hati orangtua yang anaknya menjadi korban penculikan, bila ternyata pada saat ditemukan, anak dalam keadaan cacat, stress, depresi, trauma atau bahkan dalam keadaan sudah tak bernyawa.

Baca: Dugaan Penculikan Anak di Botania, Pelaku: "Bayinya Cantik, Kakak Gendong, ya!"

Berikut beberapa tips yang dapat dijadikan masukan untuk dapat menghindari terjadinya penculikan anak seperti dikutip dari Sahabat Nestle,

1. Jelaskan pada anak pentingnya sikap waspada terhadap orang lain terutama kepada orang yang belum dikenal karena ada kemungkinan mereka mempunyai niat buruk. Sikap waspada ini misalnya dapat diajarkan kepada anak dengan cara menolak diajak pergi atau menolak hadiah apapun dari orang lain bila belum mendapat izin dari orangtua, tidak sembarangan mempersilahkan orang asing masuk ke dalam rumah, tidak bepergian keluar rumah sendiri tanpa ditemani orang dewasa yang bisa bertanggung jawab akan keselamatannya.

2. Bila ingin mengajak anak pergi ke tempat ramai, ajari anak untuk tidak memisahkan diri dari orangtua atau pengasuh dan bekali anak dengan pengetahuan tentang lokasi petugas bagian informasi atau satpam, nama dan nomor telpon orangtua serta cara mudah menemukan kembali orangtua bila ia tersesat.

3. Bekali anak dengan teknik dasar ketrampilan bela diri agar bisa melepaskan diri dengan segera dari sekapan penculik. Beri simulasi penculikan agar anak bisa mengetahui tindakan apa yang harus dilakukannya bila ada orang yang berusaha dengan paksa mau menculiknya. Misalnya dengan berteriak minta tolong, segera lari ke satpam atau berusaha menarik perhatian orang sekitarnya.

Baca: Polisi Selidiki Dugaan Penculikan Tiga Anak di Sekupang

4. Orangtua perlu bekerjasama dengan pihak sekolah untuk bersama-sama mencegah terjadinya penculikan. Misalnya dengan menciptakan sistem dimana pihak sekolah hanya memperbolehkan anak meninggalkan sekolah bila sudah dijemput oleh orang yang identitasnya sesuai dengan yang diberikan oleh orangtua atau anak sudah dijemput oleh mobil jemputan sekolahnya.

5. Orangtua harus memilih secara cermat orang-orang yang dipekerjakan di rumah, terutama pengasuh dan sopir. Misalnya dengan melakukan pengecekan terhadap identitas dan kredibilitas mereka kepada penyalur tempat kita mengambil mereka atau kepada majikan tempat mereka bekerja sebelumnya. Jangan sembarangan menyuruh orang lain yang belum dipercaya untuk menjemput anak di sekolah. Usahakan orangtua dapat mengantar jemput sendiri bila tidak ada orang lain yang dapat dipercaya.

Baca: Ini Identitas Terduga Pelaku Penculikan Anak di Botania

6. Orangtua perlu menceritakan pada anak, bila ada ada orang-orang yang dicurigai memiliki potensi balas dendam, pernah konflik atau bersaing bisnis dengan orangtua agar anak bisa berhati-hati atau menjauh bila bertemu dengan orang tersebut.

7. Biasakan anak untuk tidak sembarangan memberikan informasi mengenai keluarga, seperti kebiasaan-kebiasaan atau jadwal orangtua, nomor telfon dan alamat rumah kepada orang asing yang bertanya kepadanya baik secara langsung atau melalui telepon. Karena informasi-informasi ini dikhawatirkan akan disalahgunakan untuk niat jahat seseorang.

8. Sesibuk apapun orangtua, usahakan untuk tetap melakukan pengawasan dan komunikasi dengan anak. Misalnya dengan menelpon anak atau menyediakan waktu untuk mendengar cerita anak mengenai kejadian-kejadian yang dialaminya sepanjang hari itu. Hal ini diperlukan agar orangtua bisa mengantisipasi kemungkinan ada orang yang berniat jahat pada anak.

(*)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews