Pulau Pejantan, Pulau Eksotis nan Terisolir

Bupati Bintan Instruksikan Langsung Bangun Musala di Pulau Pejantan

Bupati Bintan Instruksikan Langsung Bangun Musala di Pulau Pejantan

Camat Tambelan Hidayat ZA (Foto: Zuhri/Batamnews)

Batam - Bupati Kabupaten Bintan Apri Sujadi menginstruksikan Camat Tambelan membangun musala di Pulau Penjantan, Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan, Kepri, secepatnya. Pemkab Bintan akan membantu biaya pembangunannya.

Belakangan pulau tersebut menjadi sorotan setelah muncul kesaksian dari Budi Sahrul, seorang pegawai BP3TI Kominfo.

Budi Sahrul menyaksikan sendiri bagaimana di pulau yang terisolir itu tidak memperoleh pendidikan yang layak serta ilmu agama yang miskin.

Baca juga: Di Pulau Pejantan, Tak Ada Guru dan Ustaz, Warga Meninggal Tak Disalatkan

"Saya sudah jumpa Pak Bupati, beliau minta saya lakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan musala di Pulau Pejantan," ujar Hidayat ZA, Camat Tambelan kepada batamnews.co.id di Batam, Sabtu (8/9/2018).

Hidayat mengaku kaget dengan pemberitaan mengenai Pulau Pejantan tersebut. "Tambelan gempar gara-gara berita itu," ujar Hidayat.

Menurut Hidayat, Pulau Pejantan memang sangat sulit diakses dari Tambelan. Bahkan ia terpaksa harus ke Batam, lalu terbang dengan pesawat ke Pontianak, dan baru ke Pulau Pejantan.

"Dari Pontianak sekitar 4 jam, kalau dari Tambelan sekitar 8 jam, itu pun harus singgah dahulu di Desa Mentebung," ujar dia.

Hidayat mengatakan, kabar mengenai sulitnya pendidikan di sana, karena tidak adanya guru, serta minimnya ilmu agama, karena tak ada tokoh agama.

"Ada ustaz tapi di Desa Mentebung di pulau lain, jaraknya sekitar 4 jam ke Pulau Pejantan," ucap Hidayat.

Selain itu, untuk guru sekolah, kata Hidayat, memang ada dua orang, tapi tidak selalu berada di sana. "Mereka ada dua orang (guru), tapi shif-shifan, kadang dua minggu bergantian," ujar Hidayat.

Namun seorang warga dalam wawancara sebuah video mengatakan, anak-anak mereka sangat kesulitan mendapatkan pendidikan.

Pulau Pejantan merupakan pulau eksotis yang memiliki keragaman hayati dengan luas sekitar 900 hektare. Peneliti asal Jepang menemukan sekitar 350 spesies baru dari berbagai macam jenis. Sementara itu peneliti dari Kementerian Lingkungan Hidup yang terjun ke sana setelah itu menemukan 93 spesies baru.

Di antaranya tupai yang memiliki bulu tiga warna, biawak dengan corak berbeda, pepohonan di atas batu granit, dan aliran air di bawah batu granit. 

(snw)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews