Presiden Duterte Minta Maaf, Terpaksa Hancurkan Kota Marawi

Presiden Duterte Minta Maaf, Terpaksa Hancurkan Kota Marawi

Presiden Duterte menghibur istri seorang marinir Filipina yang gugur dalam pertempuran di Marawi. (Foto: AFP/Ted Aljibe via kompas.com)

BATAMNEWS.CO.ID – Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta maaf karena terpaksa mengerahkan militer untuk menyerang Kota Marawi, hingga kota berpenduduk mayoritas Muslim itu menjadi reruntuhan.

"Saya sangat, sangat, sangat menyesal bahwa ini terjadi. Semoga segera Anda menemukan kata maaf di dalam hati Anda untuk tentara dan pemerintahan saya, dan bahkan untuk saya," kata Duterte dalam sebuah pidato di pusat evakuasi di Iligan, di dekat Kota Marawi, Selasa (20/6/2017).

Beberapa jam sebelum Duterte berbicara, pesawat Philippine OV-10 Bronco menyerang Marawi, diikuti oleh ledakan yang memekakkan telinga. Pertempuran ini telah mengubah wajah Marawi dari dari pusat perdagangan yang ramai menjadi kota yang mirip dengan wilayah perang di Irak atau Suriah.

Duterte mengatakan terpaksa menempuh tindakan itu untuk menghancurkan kelompok teroris yang mengklaim sebagai bagian Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) yang bersarang di sana. Ia juga memastikan, serangan udara yang didukung Amerika Serikat akan berlanjut di Marawi.

Konflik di Marawi sudah memasuki minggu kelima. Jumlah korban dilaporkan telah bertambah hingga 370 orang.Iligan menjadi tempat penampungan warga sipil yang berhasil kabur dari kepungan teroris di Marawi.

Konflik berawal saat ratusan teroris melambai-lambaikan bendera hitam ISIS, dan mulai mengamuk di Marawi pada 23 Mei lalu. Mereka membakar kota dan menyandera warga-warga sipil, terutama yang beragama Kristen. 

Diyakini, serangan itu adalah langkah awal usaha ISIS untuk menetapkan kekhalifahan di Filipina. Namun Duterte tidak tinggal diam. Ia langsung memberlakukan memberlakukan darurat militer di seluruh wilayah selatan Mindanao.

Militer diterjunkan dengan pesawat dan helikopter untuk meledakkan posisi musuh. AS memberikan bantuan serangan udara. Pengeboman terjadi, setelah para teroris tetap bersembunyi berlindung di ruang-ruang bawah tanah anti-bom dan bergerak melalui terowongan.

Ratusan warga sipil diyakini masih terjebak di daerah yang dikuasai militan, data tersebut dilansir pihak pemerintah, dan juga pekerja bantuan. Selain itu, ada enam puluh dua tentara tewas dalam konflik tersebut, termasuk 10 orang tewas dalam sebuah pengeboman. 

Telah tercatat, tiga polisi dan 26 warga sipil sekarat dalam konflik, dengan 19 warga meninggal karena penyakit di kamp-kamp pengungsian. Pemerintah melaporkan, 258 teroris terbunuh, termasuk seorang Chechnya, seorang Libya, Malaysia, dan orang asing lainnya.

Menurut pihak berwenang, pemimpin utama militan, termasuk seorang Filipina yang menjadi buronan paling dicari Pemerintah AS, masih berada di Marawi.***

Baca lebih lengkap artikel dari KOMPAS.com


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews