UNHCR ke Batam: Imigran Tak Mesti di Balik Jeruji Besi

UNHCR ke Batam: Imigran Tak Mesti di Balik Jeruji Besi

Sejumlah imigran gelap asal Timur Tengah saat berada di Hotel Kolekta Batam yang menjadi salah satu tempat penampungan (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Imigran gelap atau pengungsi asal Timur Tengah terbilang cukup bebas berinteraksi dengan dunia luar di Batam, Kepri.

Jumlah Imigran di Batam sebanyak 400 orang lebih. Mereka saat ini berada di tiga tempat berbeda.

Selain di Detensi Sekupang, jumlah paling banyak di Hotel Kolekta, Lubukabaja, serta di Taman Aspirasi Batam Centre.

United Nation High Commissioner For Refugees (UNHCR) menanggapi hal ini hal yang biasa.

Alasannya, para Imigran ini tidak harus ditempatkan dibalik jeruji besi atau detensi.

"Mereka boleh berinteraksi dengan masyarakat setempat. Tapi, harus mengikuti budaya dan kearifan lokal, serta harus ada batasan," ujar Senior Protection Officer UNHCR wilayah Indonesia, Jeffrey Savage saat berkunjung ke Batam, Jumat (14/10/2016).

Menurut Jeff, para Imigran ini tidak harus di asingkan seperti di penjara.

"Mereka (Imigran) keluar dari negaranya karena menghindari konflik. Jadi, tidak harus dipenjara. Mereka boleh berinteraksi tapi harus ikut aturan daerah setempat," kata Jeffrey.

Awal mula sebanyak 10 orang Imigran asal Timur Tengah di Batam menjadi gigolo karena mereka dengan bebas bergaul dan masyarakat Batam. Lemahnya pengawasan dari instansi terkait menjadi pemicu mereka melakukan hal tersebut.

"Mereka (Imigran) diberikan kebebasan untuk beraktifitas, tetapi ada waktu yang diberikan," ucap Jeffrey.

Akan tetapi, kata dia, UNHCR tetap mematuhi aturan yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia terhadap Imigran ini. "UNHCR tetap ikut aturan yang ditetapkan pemerintah Indonesia, kalau harus mereka dipenjara. Tapi, asal jangan secara paksa mengembalikan mereka ke negara asalnya," kata dia lagi.

 

[is]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews