Kisah Haru Pelukan Perpisahan Gadis Cantik dengan Seekor Orangutan

Kisah Haru Pelukan Perpisahan Gadis Cantik dengan Seekor Orangutan

Nurul Anissa (kanan) saat merawat Unyuk, seekor orangutan di rumahnya. (foto: ist/okezone)


BATAMNEWS.CO.ID, Pontianak - Seekor orangutan betina yang diberi nama Unyuk, dipelihara layaknya keluarga oleh keluarga M Djapri. Unyuk sudah dipelihara selama tujuh bulan belakangan ini. Saat Unyuk akan diserahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, suasana haru tak terbendung.

Siang itu, tim BKSDA mendatangi kediaman Djapri di Jalan Husin Hamzah Gg. Mandiri 1 No. 47, Pal Lima, Pontianak Barat. Mereka akan membawa orangutan yang sudah seperti bagian keluarga Djapri.

Nurul Anissa, putri dari pemelihara Unyuk, tak kuasa membendung tangisnya ketika memberikan pelukan terakhir kepada Unyuk sebagai salam perpisahan. Pelukan itupun seakan tak mau dilepasnya. Seolah mengerti, Unyuk pun enggan melepaskan pelukannya pada gadis yang biasa disapa Icha tersebut.

Sambil mengelap airmatanya, berkali-kali gadis itu mengingatkan tim BKSDA untuk tidak mengandangkan Unyuk seperti hewan lainnya. Karena, selama dipelihara, Unyuk tak pernah dikandang. Ia layaknya bayi manusia yang dirawat dan diberi asupan gizi buah-buahan dan susu formula.

Icha sendiri mengaku sedih karena harus berpisah dengan Unyuk. Ia mengaku sudah menganggap Unyuk seperti adiknya sendiri. "Saya sedih sekali. Dari masih bayi saya merawatnya," ujar Icha selepas Unyuk dibawa tim BKSDA.

Namun, meski sedih, ia mengaku ikhlas, asalkan Unyuk dirawat dengan baik. "Kalau memang benar-benar dirawat, saya ikhlas," ujarnya.

Orangutan ini sedianya ditemukan ayah Icha, Djapri di daerah Kabupaten Landak, sekitar tujuh bulan lalu. Tepat Februari lalu ia melewati sebuah perkampungan di Landak. Ia melihat salah seorang warga yang memelihara orangutan tersebut. Mengetahui bahwa satwa tersebut dilindungi, Djapri lantas mampir dan mencoba memintanya.

"Saya khawatir orang tersebut tidak lama bertahan hidup di tempat yang bukan habitatnya," kisahnya.

Bahkan, kata Djapri, ia takut kalau orangutan tersebut dibunuh lalu disantap seperti kasus yang pernah terjadi sebelumnya di Kalimantan Barat. Awalnya, usaha Djapri tak berhasil. Warga tersebut enggan memberi bahkan menjual orangutan. Namun, istri si empunya marah dan iri dengan orangutan peliharaan suaminya sambil mengatakan, "Untuk beli susu orangutan mampu, beli susu anak kok tidak mampu."

"Akhirnya, keesokan hari warga tersebut memberi orangutan itu kepada saya. Saya pun bergegas membawa pulang ke rumah," cerita Djapri.

Setibanya di rumah, Djapri disambut girang oleh keluarganya karena ia telah menyelamatkan orangutan tersebut. "Oleh keluarga sepakat untuk merawat dan memberi nama Unyuk," terangnya.

Djapri yang mengetahui Unyuk adalah satwa dilindungi dilanda kebingungan saat itu. Ia bingung harus menyerahkan Unyuk kemana dan kepada siapa hingga akhirnya, Icha putrinya memposting terkait Unyuk itu ke Facebook. Barulah ada orang yang menawarkan membantu dan menghubungkannya dengan BKSDA.

Dalam postingan itupun, kata Djapri tak sedikit yang hendak meminta bahkan membeli Unyuk darinya. "Saya tolak tawaran itu, karena saya tahu ini satwa dilindungi. Kalau saya berikan begitu saja, yang ada nanti saya dipenjara," katanya.

Kepala BKSDA Kalimantan Barat, Sustyo Iriono menjelaskan evakuasi ini setelah timnya mendapat informasi bahwa ada warga memiliki orangutan hendak menyerahkannya kepada tim BKSDA.

"Tim langsung evakuasi dengan membuat penandatanganan berita acara penyerahan. Nantinya, orangutan yang berumur 9 bulan ini akan dilepasliarkan ke habitatnya di Taman Nasional Gunung Palong, Ketapang," kata Sustyo.

(ind/okezone)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews