Komjen Buwas: Guangzhou Penyuplai Terbesar Narkoba

Komjen Buwas: Guangzhou Penyuplai Terbesar Narkoba

Komjen Budi Waseso saat menggelar konferensi pers di Batam (Foto: Iskandar/Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN RI), Komjen Pol Budi Waseso mengatakan bahwa Cina, Guangzhou merupakan negara yang memproduksi narkotika jenis sabu dan ekstasi terbesar di ASEAN. Sementara negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura hanya sebagai transit.

"Produksi Sabu dan Ekstasi terbesar dari Cina, Guangzhou. Sedangkan negara tetangga kita Malaysia hanya sebagai transit, Indonesia menjadi pangsa pasar terbesar," ujar Kepala BNN RI, Komjen Pol Budi Waseso saat jumpa pers di Hotel Turi Beach, Nongsa, Batam, Kepri, Rabu (20/7/2016).

Namun, kata pria yang akrab disapa Buwas ini melanjutkan, Indonesia juga tidak boleh menyalahkan negara lain, yang perlu ditingkatkan adalah kewaspadaan. "Negara kita termasuk salah satu suplai dan pangsa pasar terbesar peredaran gelap narkoba," kata Buwas.

Buwas menyampaikan, seperti yang disampaikan Bapak Presiden RI Joko Widodo, Indonesia sudah dalam kondisi darurat narkoba. Untuk mengatasinya seluruh pemangku kepentingan seperti BNN, Imigrasi, Bea dan Cukai, Bakamla dan TNI harus bersinergi dan bertindak tegas menindak narkoba.

"Sekarang bagaimana caranya mengimplimentasikan apa yang disampaikan Bapak Presiden tersebut," kata Buwas menegaskan.

Selain itu, sambungnya, BNN saat ini juga melakukan pencegahan dengan menyampaikan penyuluhan dan pembinaan (Diman) pada masyarakat sampai tingkat RT dan RW.

"Dimannya ini kita lakukan secara pasif, dengan memberikan pemahaman dari masyarakat paling bawah, kita aktif menolak peredaran narkoba. Dengan itu kita bisa menghilangkan pangsa pasar," ungkap Buwas.

Kemudian yang kedua, menghilang Diman terhadap masuknya suplai, ini termasuk pada upaya penegakan hukum dengan mensinergikan aparat hukum yanh ada. "Termasuk kita mengungkap Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) pencucian uang," ujarnya menambahkan.

Ia mengungkapkan, di Indonesia ada 72 jaringan peredaran gelap narkoba. Satu jaringan menghasilkan 3,6 Triliun. Sementara modus operandi yang dilancarkan bermacam-macam, mereka terus berkembang, seandainya satu ketahuan di ganti dengan modus lainnya.

"Sekarang jenis narkotika ada 634, yang masuk Indonesia ada 44 jenis dan ada dua jenis baru," kata Buwas.

"Masuknya peredaran gelap narkotika ini seperti kebebasan dan hubungan perdagangan. Ini suatu kerawanan karena akan masuk kembali, karena jenis baru kan tidak terdeteksi. Mengatasippasi narkoba bisa dari apa saja, seperti jaringan teroris dan pariwisata," ucapnya.

Ia menjelaskan, sekarang jenis baru seperti ganja sintetis, bubuk, berupa makanan dan minuman, inilah yang harus di antisipasi dan harus segera di publikasikan pada masyarakat. Sebab jenis baru ini belum ada sanksi hukumnya.

"Tahun 2015 kita bisa menyelamatkan narkotika 6 ton jenis sabu, setelah kita kumpulkan ternyata 6 ton hanya 20 persen. Jadi 80 persennya beredar, ada 30 ton beredar, kalau diperkirakan yang konsumsi sekitar 150 juta orang," jelasnya.

"Dari hasil deteksi kita sekarang saja udah masuk ton-tonan. Sekarang barang tersebut di sembunyikan, banyak hal yang harus kita tangani dari narkotika ini," kata Buwas menambahkan.


[is]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews