Editorial

Jokowi, Rudi, dan Harga Daging

Jokowi, Rudi, dan Harga Daging

Wali Kota Batam Rudi dalam sebuah kesempatan. (Foto: Edo/Batamnews)

HINGGA pekan pertama di bulan Ramadan, harga daging di Kota Batam sudah menembus harga Rp140 ribu per kilogram. Kondisi ini sudah kerap terjadi dari tahun ke tahun. 

Terutama di bulan Ramadan menjelang Lebaran Idul Fitri. Isu kenaikan harga daging ini telah menyedot perhatian semua orang. Tak ada solusi, semua seperti putus asa.

Barulah belakangan Presiden Jokowi meminta para pembantunya untuk menurunkan harga daging hingga Rp80 ribu per kilogram pada pekan kedua Ramadan.

“Saya tidak mau tahu, daging harus berada di Rp80 ribu per kg,” ujar Jokowi berpesan kepada menterinya.

Jokowi menargetkan harga itu sudah terealisasi sebelum Lebaran. Jokowi mahfum, kenaikan harga daging jelang Lebaran, sudah dianggap biasa bagi sebagian orang.

“Bagi saya ini tak biasa.” Jokowi tampak heran, harga daging di negara tetangga seperti Singapura justru jauh lebih murah. 

Target penurunan harga daging sapi dalam sebulan ke depan itu memang tampak mustahil, tapi bukan tidak mungkin. Jokowi membandingkan harga komoditas daging sapi di pasar Singapura yang bisa hanya senilai Rp 50-55 ribu per kilogram pada level perdagangan retail. 

Sebaliknya di Batam lebih gila lagi. Meskipun dekat dengan Singapura, namun tak ada arti. Harga daging mencapai Rp140 ribu per kg. 

Sedangkan daging impor atau daging es bisa mencapai Rp95 ribu. Kondisi ini sempat menjadi perhatian Komisi II DPRD Kota Batam. Sejumlah anggota sidak ke lapangan. Termasuk ke gudang penyimpanan daging.

Namun entah kenapa, pengusaha daging cenderung tertutup. “Kalau mau sidak ya ngomong dulu,” ujar Po Ah, pengusaha daging di Batam.

Alih-alih hendak sidak, ternyata Komisi II justru tak dibukakan pintu untuk bisa melihat langsung stok daging di gudang. 

Berharap Wali Kota Batam HM. Rudi punya solusi, wartawan pun coba bertanya dalam sebuah kesempatan. Saat ditanyai justru Rudi terkesan tak memahami persoalan kenaikan harga daging.

Rudi malah mengalihkan, agar wartawan bertanya langsung kepada Jokowi. “Tanya Jokowi aja,” ujar Rudi dengen enteng.

Sebenarnya permasalah daging ini bisa diatasi bila pemimpinnya mau sedikit berkeringat. Apalagi hal ini juga menjadi kepentingan masyarakat luas dan kerap meresahkan.

Isu mengenai adanya permainan mafia dan kartel juga bercampur di dalam isu tersebut.

Mahalnya daging tentu saja bukan berarti meminta orang setop makan daging, seperti kata sebagaian orang. Tidak sesederhana itu.

Hal itu sama halnya pada saat harga beras mahal, apakah kita harus berhenti makan nasi? Lantas bila semua sembako lainnya mahal, apakah harus berhenti sama sekali makan? Mati dong...

Lagi pula, daging bukan lagi dominasi makanan orang berada. Mereka yang papa juga butuh gizi yang cukup, meskipun sekali dalam setahun. Justru orang kaya, tak lagi makan daging, karena takut kolesterol atau darah tinggi.

Harusnya Pemerintah Kota Batam mau sedikit berkeringat untuk rakyatnya. Mudah saja, salah satu jalannya, mengeluarkan kebijakan melakukan bazar daging murah di setiap tahun jelang Lebaran.

Bukankah Pemko dengan mudah mendatangkan artis di acara-acara berkedok kenduri rakyat dengan menghabiskan anggaran miliaran rupiah dari APBD Kota Batam. 

Pemko Batam juga membakar uang hingga miliaran hanya untuk pesta kembang api yang tak ada berguna di penghujung tahun. Lantas kenapa untuk kebutuhan masyarakat yang nyata justru tidak berdaya mengatasi atau bahkan membantu?

Selain itu, bukankah Wali Kota Batam Rudi, saat menjadi wakil wali kota mendampingi Ahmad Dahlan, pernah meluncurkan paket sembako 43 ribu paket jelang Pilkada 9 Desember 2016 lalu.

Setiap paket dihargai Rp50 ribu dengan alasan membantu masyarakat tak mampu. Paket berbau “politik” ini disebari hingga ke kelurahan-kelurahan.

Lantas kenapa pada saat jelang lebaran tidak ada satu pun paket daging untuk mereka yang kurang mampu, untuk menekan harga daging di pasaran yang terus naik setiap tahunnya?

Padahal bila pemerintah kota mau dan punya niat baik, hanya bermodalkan Rp2 miliar, sudah bisa meluncurkan paket daging murah hingga Rp40 ribu per paket dengan jumlah 40.000 paket daging.

Dari pada anggaran banyak, namun tidak tepat sasaran atau bahkan cenderung ditilep.

Tapi pertanyaannya, kembali lagi soal pernyataan Jokowi, semua kembali kepada apakah punya niat baik atau tidak, dan mau atau tidak saja. 

Kalau semua dianggap memberatkan dan merepotkan, lagi-lagi semua akan pasti akan kembali jadi salah Jokowi… 

Menjadi lucu, bukan?

 

Penulis adalah anggota Dewan Redaksi Batamnews.co.id

 

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews