Anak-anak Ternyata Lebih Sering Selamat dari Kecelakaan Pesawat

Anak-anak Ternyata Lebih Sering Selamat dari Kecelakaan Pesawat

Sailor Gutzler, gadis 7 tahun yang selamat dari kecelakaan pesawat di Amerika pekan lalu. (foto:harianterbit)

London - Sejarah mencatat, dalam beberapa kecelakaan pesawat, para korban yang selamat kebanyakan anak-anak.
Seperti dalam dua kecelakaan pesawat terakhir, George Tonkinson (6) dan Sailor Gutzler (7) adalah anak-anak terakhir yang luput dari kematian saat pesawat yang mereka tumpangi jatuh dan menewaskan semua penumpang lainnya. Meski mereka bukan contoh kasus satu-satunya.
Sabtu, pekan lalu, George diselamatkan dari puing-puing pesawat dalam kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuannya, Lewis dan Sally, dari Alcester, Warwickshire, Inggris.
Pesawat berbadan ringan yang dikemudikan oleh pilot Tonkinson (50 tahun) jatuh di Blackwood Forest, Hampshire, saat tengah berusaha mendarat darurat di lapangan terbang Popham karena cuaca buruk.
Tonkinson dan istrinya yang berusia 44 tahun dilaporkan tewas di tempat. Sementara George dilarikan dengan ambulans ke rumah sakit di Southampton dan mendapat perawatan di sana.
Sementara itu, di Amerika Serikat, Sailor Gutzler, 7 tahun, merupakan satu-satunya korban selamat dalam sebuah kecelakaan pesawat di Kentucky pekan lalu.
Kedua orangtuanya, Marty dan Kim, kakaknya Piper (9) dan sepupunya yang berusia 14 tahun, semuanya tewas setelah pesawat yang mereka tumpangi dalam perjalanan ke Illinois jatuh di sebuah hutan. Sailor, satu-satunya yang selamat dan hanya mengalami patah pada pergelangan tangannya.
Gadis kecil ini kemudian berjalan kaki sejauh satu mil untuk mencari pertolongan.
Pada 2009, seorang bocah 12 tahun menjadi satu-satunya korban yang selamat saat pesawat yang terbang dari Sanaa, ibu kota Yaman, ke Kepulauan Comoro, mengalami kecelakaan lantaran buruknya cuaca di Samudera Hindia. Sebanyak 152 penumpang lainnya tewas.
Pada 2003, bocah tiga tahun merupakan satu-satunya korban selamat dalam kecelakaan pesawat di Sudan yang menewaskan 116 penumpang lainnya.
Pada 1995, gadis 9 tahun menjadi satu-satunya yang selamat saat pesawat yang ditumpanginya meledak ketika hendak mengudara di Kolombia.
Dua tahun kemudian, seorang bocah Thailand menjadi satu-satunya yang selamat dalam kecelakaan pesawat Vietnam Airlines yang menewaskan 65 penumpang.
Jadi, apakah anak-anak memiliki peluang lebih besar untuk selamat dalam sebuah kecelakaan mengerikan?
Alastair Sutcliffe, profesor pediatrik di University College London, mengatakan konsep “vitalitas anak muda” memainkan peran penting.
Konsep itu menyebutkan bahwa dalam banyak hal, anak-anak jauh lebih sehat daripada orang dewasa karena usia yang lebih muda.
Sebagai contoh, Professor Sutcliffe mengatakan bahwa merupakan hal yang memungkinkan untuk mengoperasi bayi yang masih dalam kandungan tanpa meninggalkan bekas luka pada tubuhnya lantaran kemampuan mereka untuk sembuh.
“Anak-anak jauh lebih bugar,” katanya. “Di usia 6 atau 7 tahun, tulang seorang anak belum keras dan masih tumbuh.
“Mereka juga memiliki jantung yang lebih kuat sehingga tak pernah ada anak-anak yang mengalami serangan jantung.
Dr Donald McGregor dari Royal College of Paediatrics and Child Health, sepakat bahwa secara umum anak-anak lebih sehat daripada orang dewasa.
Dr Ranj Singh, seorang dokter sepasialis anak di London, menyebutkan anak-anak sangat berbeda dengan orang dewasa dalam hal yang menyebabkan trauma dan dampak dari trauma tersebut.
“Secara psikologis, anak-anak berbeda dari orang dewasa. Secara biologis mereka juga bertindak berbeda,” ujarnya.
“Anak-anak cenderung mengalami luka pada kepala, dada, atau perut mereka, tapi jarang mengalami cedera pada kaki dan tangan.
“Kepala dan perut anak-anak relatif lebih besar daripada orang dewasa sehingga bisa lebih terpapar.
“Di pesawat, seorang anak biasanya dilindungi oleh tempat duduk protektif, di mana kepala, dada, dan perut mereka lebih terlindungi protected, seperti dalam sebuah kepompong. Ini menyebabkan lebih kecil kemungkinan mereka cedera dalam sebuah kecelakaan.
Dr Singh mengatakan anak-anak lebih berpeluang selamat dalam kecelakaan pesawat karena kemampuan berkompensasi yang fantastis.
“Mereka berkompensasi secara internal, mereka secara biologis dibangung untuk terus bertahan hingga satu titik di mana mereka mengalami penurunan kondisi secara cepat,” katanya.
Tapi, jika kita bisa menemukan mereka sebelum mencapai titik itu, kita bisa menyelamatkan mereka.”
Dr McGregor menambahkan bahwa tulang anak-anak yang lebih fleksibel bisa menjadi faktor yang menguntungkan dan mencegah terjadinya cedera fatal.
Ukuran tubuh mereka yang kecil juga menjadi salah satu faktor. Ukuran mungil ini membuat seluruh tubuh mereka terlindungi oleh tempat duduk di dalam pesawat.
Sementara itu, penelitian lain menunjukkan bahwa posisi tempat duduk di salam pesawat juga bisa berpengaruh pada peluang mereka selamat dalam sebuah kecelakaan.
Sebuah studi yang dilakukan Popular Mechanics menunjukkan, lebih ke belakang tempat duduk kita, akan lebih besar peluang untuk selamat dalam kecelakaan pesawat.
Riset menunjukkan para penumpang yang duduk di dekat ekor pesawat punya peluang selamat 40 persen lebih besar dibandingkan mereka yang duduk di bagian depan.
Para peneliti mempelajari setiap kecelakaan pesawat komersial di AS sejak 1971 yang menimbulkan korban tewas dan selamat.
Di situ terlihat bahwa dalam 11 dari 20 kecelakaan yang diteliti, para penumpang yang duduk di bagian belakang pesawat lebih banyak yang selamat. Tapi, penelitian ini juga menegaskan bahwa keberuntungan memainkan peran terbesar dalam situasi tersebut.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews