Jeritan Hati Warga Terdampak Pengrusakan Lingkungan di Batam

Jeritan Hati Warga Terdampak Pengrusakan Lingkungan di Batam

Komisi II DPRD Kota Batam saat sidak ke lokasi reklamasi di Ocarina Batam Centre. (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Aktivitas pengrusakan lingkungan di Tanjung Buntung, Bengkong, masih terus berlangsung. Sejumlah warga setempat terkena dampak aktivitas pemotongan bukit dan tanah tersebut.

Tidak saja debu, namun ancaman longsor, banjir, dan sejenisnya, tengah mengancam. Aktivitas itu sudah berlangsung cukup lama. Terhitung sudah berlangsung belasan tahun.

Beberapa warga mengeluhkan akibat aktivitas pemotongan bukit seluas puluhan hektare hingga rata itu. 

Yang mereka rasakan, dampak dari pemotongan bukit tersebut diantaranya, debu yang tiada akhir mencemari udara dan masuk ke rumah-rumah warga, keretakan rumah, dan kerusakan jalan umum.

 

Aktivitas truk tanah yang mengangkut hasil pemotongan bukit di Bengkong. (Foto: Batamnews)

 

"Janjinya secepatnya diaspal, ntah kapan kita nggak tau. Sampai sekarang aja sopir masih kerja ngangkut tanah," ujar Tampubolon, warga yang tinggal di daerah pengerukan material reklamasi, saat ditemui batamnews.co.id, Kamis (21/4/2016).

Warga sekitar terpaksa memilih jalan alternatif dan sedikit jauh, untuk menghindari aktivitas pemotongan bukit tersebut dan terhindar dari debu. "Kita kalau mau ke pasar harus mutar jauh," kata dia.

Tidak itu saja, beberapa tower sutet PLN Batam, juga terancam ambruk. Tower sutet itu kini hanya tinggal tanah penopong yang mengelilingi tower. 

Dampak dari pemotongan bukit tersebut juga cukup parah. Sebuah Puskesmas Tanjung Buntung tak henti dicemari debu. 

"Walah, janjinya Abi waktu itu secepatnya di aspal, ni sudah setahun lebih," kata Umri, Kepala Tata Usaha Puskesmas Tanjung Buntung, Bengkong. 

Dari pantauan di lapangan, jalan dengan lebar row 8 meter tersebut nampak hancur dan berlobang-lobang. 

Jalan itu biasa dipergunakan warga yang hendak menuju Bengkong Laut dan aksesnya bisa langsung menuju Batam Centre.

Di sisi kanan dan kiri jalan terdapat ratusan rumah warga. Rumah-rumah warga yang tepat berada di pinggir jalan nampak penuh debu dan kusam.

Dari pantauan hampir satu jam lebih, sangat sedikit warga yang mau melintasi jalan tersebut, hal itu dikarenakan perut dan dada terasa sakit dengan lobang-lobang yang jumlahnya sangat banyak dan dengan dalam sekira 50 centimeter.

Aktivitas pemotongan bukit ini hanya sebagian kecil dari upaya pengrusakan lingkungan di Batam. Aktivitas serupa juga terjadi di sejumlah tempat lainnya. 

Kepentingannya untuk material reklamasi. Aktivitas reklamasi di Batam juga terbilang masif. 

Lihat saja di Batam Centre, aktivitas itu mulai menutupi alur pelayaran kapal feri internasional tujuan Singapura dan Malaysia.

Ada sekitar seribuan hektare lebih pantai di seputaran Batam Centre, Kampung Belian, direklamasi. Diduga aktivitas itu tanpa Perda Zonasi yang diwajibkan, juga tak dilengkapi kajian, Amdal, serta minus manfaat bagi masyarakat setempat.  

Saat ini Tim 9 Pemko Batam ditugaskan Wali Kota Batam Rudi mengevaluasi masalah perizinan serta dampak lingkungan serta hal-hal lain dari aktivitas tersebut. 

Namun secara kasat mata saja, aktivitas-aktivitas reklamasi dan pemotongan bukit di Batam ini terkesan tanpa aturan. Apalagi memang benar, Perda Zonasi di Kepulauan Riau, belum pernah terbit.


[is]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews