BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Menjelang perayaan Imlek, para pedagang ikan di pasar-pasar telah menjual Ikan Dingkis atau biasa disebut Ikan Imlek yang memiliki telur susu dan kuning, dengan kualitas yang super.

Ikan Dingkis ini merupakan jenis ikan yang unik di Batam, karena ikan hanya bertelur menjelang perayaan Imlek. Maka dari itu ikan Dingkis disebut juga Ikan Imlek.

Untuk di Batam, ikan Dingkis Pulau Kasu sangat dicari karena memiliki keunikan tersendiri. Dengan daging yang manis dan telur yang banyak. Berbeda dengan Dingkis yang berada di perairan lainnya yang ada di Batam.

Candra, salah satu pedagang Ikan Dingkis di Pasar Penuin Centre, mengatakan bahwa harga ikan yang super dan dijamin ada telurnya, berkisar dari Rp 250 sampai 300 ribu pekilo. Dengan jaminan ikan tersebut mempunyai telur.

"Saya menjamin, kalau tidak ada isi. Saya akan menukar dengan yang ada isi telur,"kata Candra saat dijumpai di lapak meja ikannya, Sabtu (6/2/2016)

Ikan Dingkis yang dijual hanya menjelang perayaan Imlek, mempunyai dua jenis telur, yaitu telur kuning untuk ikan betina, dan telur susu atau lemak bagi yang jantan.

"Jenis telur susu atau lemak banyak dicari masyarakat, sebab rasanya bereda dengan telur kuning," terang Pria yang mempunyai tahi lalat di dagu tersebut.

Untuk pembeli yang mencari ikan Imlek ini, tidak hanya warga Batam saja. Warga Singapura juga banyak mencari Ikan Imlek di Batam sebab di negaranya harga Ikan Dingkis sangat mahal dan tidak sesegar ikan yang ada di Batam.

"Saya dari Singapura, khusus ke Batam untuk membeli Dingkis. Sebab di Singapura sangat mahal,"kata seorang wanita asal Singapura.

Sementara untuk harga Ikan Dingkis yang berukuran 2 jari, dijual dengan harga di bawah Rp 100 ribu. Ikan dingkis kecil ini terkadang tidak memiliki telur didalamnya.

"Kalau yang sebesar dua jari ini beda, harga di bawah seratus ribu, tidak ada jaminan kalau ada isi,"ujar penjual lainnya.

Ikan Dingkis di perairan Batam, hanya sekali dalam setahun bertelur. Untuk mendapatkan ikan tersebut dengan cara menjaring dan dengan cara tradisional lainnya. Agar tidak merusak lingkungan laut.

(edo)