Perang Israel-Hamas Makin Parah, Waspada Resesi Global

Perang Israel-Hamas Makin Parah, Waspada Resesi Global

Ilustrasi dampak kerusakan di Gaza (Foto: REUTERS/MOHAMMED SALEM)

Gaza, Batamnews - Dua tokoh terkemuka di Wall Street telah mengingatkan bahwa perang antara Israel dan Hamas di Gaza berpotensi memicu resesi global. Krisis kemanusiaan ini dapat menambah tantangan ekonomi dunia.

Larry Fink, Kepala Eksekutif Manajer aset terbesar di dunia, BlackRock, mengatakan bahwa perang Israel-Hamas dan invasi Rusia ke Ukraina telah membawa dunia ke masa depan yang sangat tidak pasti.

"Risiko geopolitik adalah faktor utama dalam membentuk kehidupan kita," kata Fink seperti yang dikutip dari The Guardian, Senin, 6 November 2023.

Menurutnya, meningkatnya ketakutan dapat menyebabkan penurunan dalam konsumsi atau belanja lebih banyak, yang pada gilirannya dapat memicu resesi dalam jangka panjang. Jika ketakutan terus meningkat, kemungkinan terjadinya resesi di Eropa dan Amerika Serikat akan semakin besar.

Baca juga: Ada Tetangga RI, Berikut Daftar 14 Negara Tolak Gencatan Senjata Israel-Hamas

Jamie Dimon, pemimpin bank terbesar Amerika, JP Morgan, juga mengatakan kepada surat kabar yang sama bahwa kombinasi perang Israel-Hamas dan invasi Rusia ke Ukraina sangat mengkhawatirkan dan sulit diprediksi.

"Apa yang terjadi dalam geopolitik saat ini adalah yang paling penting untuk masa depan dunia - kebebasan, demokrasi, pangan, energi, imigrasi," ujarnya.

Komentar-komentar ini muncul tiga minggu setelah pernyataan serupa dari Dimon, yang merupakan salah satu pemodal terkenal di dunia.

Tiga minggu yang lalu, ia memperingatkan bahwa dunia mungkin sedang menghadapi masa yang paling berisiko dalam beberapa dekade terakhir, dengan meningkatnya konflik yang berpotensi memiliki dampak luas terhadap harga energi, harga pangan, perdagangan internasional, dan hubungan diplomatik.

Baca juga: Israel Perluas Penyerangan Melalui Jalur Darat, Hamas Lakukan Perlawanan

Salah satu alasan mengapa konflik antara Israel-Hamas dianggap sebagai ancaman ekonomi global adalah ketergantungan dunia pada minyak di wilayah tersebut, yang menguasai sepertiga pasar minyak. Para ekonom sering khawatir bahwa lonjakan harga minyak dapat memicu resesi global.

Kondisi perekonomian yang lemah menimbulkan ancaman resesi. Pekan lalu, Bank of England mengatakan dalam laporan kebijakan moneternya bahwa PDB Inggris diperkirakan akan stagnan pada kuartal III-2023, lebih lemah dari yang diproyeksikan pada Agustus 2023.

Anna Anthony, Managing Partner EY di bidang jasa keuangan Inggris, mengatakan bahwa Inggris masih berada di jalur yang tepat untuk menghindari resesi tahun ini, namun kondisi perekonomiannya masih penuh tantangan.

"Tekanan biaya hidup yang signifikan terus memengaruhi kemampuan belanja rumah tangga, dan semakin banyak rumah tangga yang mengalami kesulitan dalam memenuhi pembayaran pinjaman," tambahnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews