Masyarakat Melayu Palembang Tolak Penggusuran di Pulau Rempang Batam: Aksi Protes di Situs Makam Raja Sriwijaya

Masyarakat Melayu Palembang Tolak Penggusuran di Pulau Rempang Batam: Aksi Protes di Situs Makam Raja Sriwijaya

Gempar Rempang melakukan aksi demo Save Rempang di makam raja-raja kerajaan Sriwijaya Palembang, Kamis (21/9/2023) (liputan6)

Palembang, Batamnews - Rencana penggusuran masyarakat Melayu di Pulau Rempang Batam oleh pemerintah demi mendukung megaproyek  telah memicu kemarahan masyarakat Melayu Sumatera Selatan yang tergabung dalam Gerakan Melayu Palembang Darussalam untuk Rempang (Gempar Rempang). 

Dalam aksi dengan tema 'Save Rempang. Stop !!! Kekerasan terhadap Masyarakat Adat atas Nama Investasi' pada Kamis (21/9/2023), mereka mengekspresikan kekhawatiran dan penolakan mereka.

Gempar Rempang adalah koalisi yang mencakup berbagai kelompok masyarakat, termasuk Kerabat Kesultanan Palembang Darussalam, Aliansi Masyarakat Peduli Cagar Budaya (AMPCB), Komunitas Budaya Batanghari 9 (Kobar 9), Yayasan Depati, Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Palembang, Komunitas Seniman Tri (KASTA) Palembang, Balarupa, dan Mang Dayat Chanel.

Baca juga: Polres Karimun Wujudkan Polisi yang Religius dan Humanis Lewat Binrohtal

Yang membuat aksi ini istimewa adalah tempat pelaksanaannya. Masyarakat memilih untuk menggelar protes di kawasan wisata Bukit Siguntang Palembang, yang juga merupakan situs pemakaman keturunan raja-raja dari Kerajaan Sriwijaya. 

Dalam aksi ini, Raden M Diradja Pangeran Ratu Jaya Wikrama, yang merupakan keturunan Raja Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II dari Kerajaan Palembang Darussalam (SMB IV), ikut serta dan menyuarakan penolakan terhadap penggusuran di Pulau Rempang Batam.

Persamaan keturunan Melayu antara Palembang dan Batam menjadi dasar persatuan mereka dalam menuntut keadilan bagi masyarakat Pulau Rempang Batam. Mereka berharap agar investasi di Pulau Rempang tidak merusak kampung-kampung dan budaya setempat, melainkan tetap memelihara identitas masyarakat yang ada.

Baca juga: Warga Pasir Panjang Keluhkan Ganti Rugi, Rudi: Kewenangan Saya Terbatas

Masyarakat meminta pemerintah untuk lebih bijaksana dalam mengelola investasi di Pulau Rempang, memanfaatkan lahan dengan bijak tanpa merugikan masyarakat Pulau Rempang Bali.

DIkutip dari liputan6, Jumat (22/9/2023), Ali Goik, Direktur Yayasan Depati yang juga seorang Budayawan Sumsel, mengatakan bahwa pemilihan Bukit Siguntang sebagai tempat aksi memiliki makna khusus. Bukit ini adalah bukit tertinggi dan hulu Melayu di Palembang. 

Masyarakat berharap dapat mendapatkan dukungan dari hulu Melayu, yaitu Raja Segentar Alam, untuk menolak penggusuran yang dianggap tidak adil terhadap masyarakat adat di Pulau Rempang Batam.

Masyarakat Pulau Rempang Batam, yang mencari nafkah di laut dan hidup di sana, merasa khawatir karena proyek investasi nasional muncul dengan tiba-tiba dalam beberapa bulan terakhir dan mengancam pemindahan mereka ke tempat yang dianggap tidak sesuai.

Baca juga: Bea Cukai Gagalkan Penyelundupan 120.000 Ekor Benih Lobster Senilai Rp 18 Miliar Tujuan Malaysia

Penggusuran ini mencuat karena dianggap sebagai kebijakan yang tidak bijaksana, dan masyarakat berharap pemerintah akan lebih memperhatikan hak dan kesejahteraan masyarakat adat di Pulau Rempang. 

Aksi protes ini adalah bentuk perlawanan terhadap keputusan yang dianggap merugikan masyarakat adat dan budaya setempat.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews